Setelah berkali-kali menyisir dari ujung ke ujung, entah mengapa saya tertarik mengunjungi kedai ini. Tiga kali lewat, tiga kali juga saya berhenti persis di depan etalasenya. Seorang Acek dengan anak-anaknya tampak sibuk melayani pelanggan dan menyiapkan berbagai masakan. Bihun Ikan Gabus Aseng.
Cerita ini kelanjutan dari:
Kawasan Tempat Kuliner Malam Medan: Jalan Semarang – Jalan Selat Panjang
Saya tidak langsung duduk dan memesan, cukup lama saya memantau apa yang kedai ini jual. Mungkin ada sekitar 20 menit, akhirnya saya ngeuh, tempat ini menjual olahan ikan gabus sebagai menu andalannya.
Di saat perut tidak mau menyantap babi. Akhirnya saya memilih di sini menjadi tempat makan malam saya. Berbekal pertanyaan kepada pramusaji, saya terpikat dengan bihun kuah ikan yang banyak orang pesan saat itu.
Pakai Ikan Gabus Segar
Ada dua pilihan, perbedaannya hanya terletak pada olahan ikannya. Apakah mau yang digoreng atau yang direbus biasa. Sempat bimbang antara memilih versi rebusnya, tapi setelah memantapkan hati, saya lanjut dengan pilihan pertama memesan bihun kuah ikan goreng.
Saat itu cukup ramai dan saya yakin antrian pesanan cukup panjang. Tapi tidak lama menunggu, bihun kuah ikan goreng saya sudah tersaji di depan mata.
Ikan yang dipakai adalah ikan gabus yang terlebih dahulu digoreng garing, lebih terlihat ditemani daun ketumbar (biasa disebut wansui oleh keturunan Tionghoa) segar yang disajikan sebagai garnish di atas tumpukan ikan gabus, dengan kuah kaldu hangat yang sedikit keruh masih mengepul membuat kacamata saya terkena uapnya. Barulah bihun bisa terlihat dari dasar mangkuk setelah isian diatasnya saya usik.
Seperti apa rasanya?
Seperti biasanya, saya akan mencoba duluan satu per satu komponen yang ada di setiap hidangan. Dimulai dengan kuahnya yang nikmat, gurih tanpa terasa amis, saya cukup yakin ada jahe yang dipakai saat tulang ikan direbus. Begitu hangat seperti disantap selagi hujan, padahal malam itu cukup panas.
Ikan gabus yang digoreng lebih dahulu terasa renyah walau sudah direndam kuah cukup lama. Tidak semuanya renyah sih, tentu ada yang sudah lembek tapi tidak merusak citarasa. Bagian dalamnya lembut dan legit, nilai tambahnya adalah sama sekali tidak tercium bau tanah pada daging ikan. Ya, kebanyakan ikan gabus itu tercium bau tanah setelah diolah (tidak semuanya juga).
Sedikit sambal dan acar cabe rawit dengan kecap asin saya tambahkan. Barulah bersama bihun, irisan sawi hijau dan daun-daun ketumbar, semuanya saya santap dengan lahap dalam hening. Rasanya benar-benar sedap. Bahkan masih terasa di mulut saat saya menulis kalimat ini. Gapapa dibilang lebay, emang seenak itu.
Seharga IDR 45.000, menurut saya sebuah harga yang pas dengan rasa makanan yang bikin saya ingin kembali lagi ke Medan. Kalau tidak sempat mampir ke sini, bisa pesan via Grab Food juga, dengan nama Bihun Ikan Gabus Aseng
Oh ya, mari nimbrung di kolom komentar yuk, kalau ada sesuatu hal yang mau di-share sama kalian. Semoga rekomendasi saya yang satu ini bisa jadi pilihan ketika datang untuk mencari makan malam di Kota Medan. Kuy, der!
Kemana saja selama saya di Kota Medan? Baca selengkapnya di:
Medan: Jatuh Hati Pada Kunjungan Pertama
______________________________
Bihun Ikan Gabus Aseng
Jalan Semarang no. 82 (Simpang Andalas), Pasar Baru, Medan Kota, Kota Medan,
Sumatera Utara 20212
18.00 – 01.00
HALAL – Tersedia di Grab Food
______________________________
KUY, DER!
Tukang Ngider
Ngider terus, terus ngider
Follow the journey on:
Instagram : @tukangngider
VLOG on Youtube : tukangngider
Facebook Page : Tukang Ngider
1 thought on “Bihun Ikan Gabus Aseng: Tak Sengaja Menemukan”