Hai, perkenalkan namaku Dua Ribu Rupiah. Ya, nama keluargaku adalah Rupiah, umurku belumlah terlalu lama, 19 Desember kemarin menjadi hari ulang tahunku yang pertama. Tahun 2016 merupakan tahun kelahiranku untuk aku dan keluargaku dari generasi ke dua puluh tiga.
Akupun tidak sendiri, aku memiliki 10 saudara, 5 dibawahku, dan juga 5 diatasku. Dimulai dari adik bungsu Seratus Rupiah; Dua Ratus Rupiah; Lima Ratus Rupiah; si kembar Seribu Rupiah; aku, Dua Ribu Rupiah; kakakku dimulai dari Lima Ribu Rupiah; Sepuluh Ribu Rupiah; Dua Puluh Ribu Rupiah; Lima Puluh Ribu Rupiah; dan kakak tersulung Seratus Ribu Rupiah.
Saudara-saudaraku sudah tersebar bersama dengan generasi emisi lainnya di 34 provinsi di Indonesia, termasuk di 514 kota dan kabupaten, lebih dari 6.700-an kecamatan dan 83.000-an desa dan kelurahan. Dari Sabang hingga Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote.
Sejauh aku menghitung, generasi pertama lahir di tahun 1945, sampai generasiku, aku dan keluargaku merupakan generasi emisi ke-23 dari tahun 2016. Akan aku ceritakan sedikit keluarga Rupiah dimulai dari mungkin lebih tua dari mbah galih asem.
Kalau aku cari lebih jelas, nama keluargaku Rupiah berarti perak. Dulu masyarakat Indonesia di awal kemerdekaan, mengenal keluargaku dengan sebutan Oeang Republik Indonesia atau ORI.
Kalau sekarang ada hingga ratusan ribu rupiah, di zaman awal kemerdekaan, mbahku hanya bernama Satu Sen, Lima Sen, sampai Seratus Rupiah saja. Di masa pemerintahan Orde Baru, oleh Bapak Presiden Indonesia kedua, Soeharto. Beliau meluncurkan pecahan terbesar sepanjang sejarah keluargaku, Lima Puluh Ribu Rupiah. Saat itu dalam rangka memperingati 25 tahun Indonesia Membangun.
Sejarah baru kembali terukir, tetapi di saat Krisis Moneter Asia melanda. Kehadiran pecahan uang Seratus Ribu Rupiah menjadi pecahan terbesar keluargaku hingga saat ini. Walaupun begitu, dari generasi ke generasi, mbahku mulai dari rupa sederhana dengan tulisan polos hingga saat ini, keluargaku penuh dengan warna dan gambar yang mengagumkan dari seantero raya Republik Indonesia.
Pahlawan-pahlawan negara kita, berbagai macam gambar flora dan fauna khas yang kita punyai, sketsa gambar aktivitas masyarakat Indonesia, seperti: penenun. Macam-macam kebudayaan, hingga keindahan alam Indonesia tergambar pada keluargaku.
Apalagi generasi keluargaku untuk emisi 2016 ini, sangat berbeda dengan rupa generasi keluargaku sebelumnya. Bahkan, banyak yang mengatakan kalau generasi kami mirip dengan keluarga Euro dari Eropa. Keren kan?
Akan lebih keren lagi, kalau saja seluruh masyarakat Indonesia semakin cinta dengan keluargaku, Rupiah. Karena perjuangan bapak bangsa yang membangun negara kita, sejarah panjang terbentuknya keluargaku sampai hari ini.
Aku bangga dengan keluargaku yang semakin hari semakin indah dan berjaya di negara kita tercinta, Indonesia. Aku Indonesia, Aku Cinta Rupiah. Dah! Salam cinta, Dua Ribu Rupiah.