Hari kedua, dimulainya petualangan mengelilingi Bali.
Sesuai dengan kesepakatan bersama, pukul 04.30 sudah harus bangun dan akan mulai aktivitas pukul 05.00. Walau telat dikit gak sesuai itinerary karena nunggu yang mandi dan sarapan diantar ke kamar, tapi mulai jalannya gak kesiangan kok.
Hari ini, giliran daerah Tabanan dan Buleleng yang akan di-explore. Ada 4 destinasi yang akan didatangi seharian ini dari pagi sampai menjelang malam nanti. Apa saja? Check it out!
____________________________________________________
JATILUWIH RICE TERRACES
Awalnya, Jatiluwih bakal di-skip karena mikirnya nanti di Ubud bakal mampir yang serupa juga. Tapi berhubung bakal sejalur menuju Bedugul, alhasil dilanjutkan saja sambil jalan-jalan pagi daripada gabut di hotel, malah adanya nanti mager keluar hotel.
Dari suasana perkotaan yang hingar bingar, jalanan raya, perkampungan etnik, hutan, hingga pedesaan yang kental dengan adat istiadatnya. Dan sampailah pada mahakarya sang Pencipta Alam Semesta, Sawah Berundak di Jatiluwih, setelah 1,5 jam perjalanan dari Denpasar.
Yang belum tau, sawah berundak di Jatiluwih ini dikukuhkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO di tahun 26 Juli 2012, setelah menunggu hampir 10 tahun ketika didaftarkan oleh Pemerintah Provinsi Bali.
Ngapain saya disini? Menikmati segarnya udara pagi sambil sarapan yang dibawa langsung hotel, juga menikmati pemandangan sawah seluas dan seindah ini, cuma ada di Jatiluwih. Ngomongin makanan, disini ada penjual makanan khas Bali yang gak sempat saya beli, tapi sudah saya abadikan.
Ada pisang goreng yang ukurannya lebih panjang dibanding yang ada di Bandung, ada tipat, ada juga yang semacam lupis tapi saya tidak tanya nama makanan lebih detail, ada serabi juga yang dimakan pakai kelapa dan gula merah, sama mungkin bubur ketan hitam yang ungu itu.
Yang gak kalah mempesona, penjualnya adalah seorang ibu yang cantik, punya senyum yang manis, saya selalu senang ketika melihat ibu ini tersenyum. Sambil melayani pembeli, masih sempet-sempetnya mau ladeni permintaan saya yang kampret ini, hehehe.
____________________________________________________
Summary Of Destination:
Jatiluwih Rice Terrace
Desa Jatiluwih, Kelurahan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali.
____________________________________________________
Habis 1 jam bersantai disini, perjalanan dilanjutkan menuju Air Terjun Banyumala di daerah Bedugul. Sesuai dengan estimasi perjalanan, kira-kira akan makan waktu 2 jam untuk sampai di sana. Di tengah perjalanan, sambil lewat, mobil berhenti di sisi danau Buyan. Salah satu dari 3 danau besar di daerah Bedugul.
Tapi…
Terkadang kalau liburan kayak gini pun sudah harus punya backup plan kalau ada sesuatu hal yang terjadi di tengah jalan. Seperti kejadian yang saya alami, akses air terjun Banyumala ditutup untuk jalur mobil karena sedang ada perbaikan jalan menuju kesana. Nice!
Sampai akhirnya saya turun dari mobil dan bertanya pada orang yang berjaga di bibir jalan masuk. Karena mobil tidak bisa masuk, sang bapak menawarkan untuk naik ojek per orangnya seharga IDR 75.000 pulang pergi. WOW! Langsung saya tolak mentah-mentah dan putar balik.
Selain gak worth it, saya pikir kalau nanti malah air terjunnya biasa aja kan malah kecewa. Untungnya karena udah “survey” banyak tempat disekitar Bedugul, lanjut ganti haluan ke Air Terjun Gitgit.
____________________________________________________
GITGIT TWIN WATERFALL
Dari titik asal di jalan masuk Air terjun Banyumala menuju ke air terjun Gitgit, estimasi perjalanan paling lama 1 jam. Hari juga sudah mulai siang, tapi destinasi kedua belum juga sampai. Perjalanan ke air terjun Gitgit ternyata berkelok-kelok menuruni gunung, searah jalan menuju Singaraja.
Hati-hati kalau ikutin petunjuk Maps, ada 2 titik yang bikin bingung. Pokoknya kalo belum sampe nemuin papan nama Gitgit Twin Waterfall, terus maju aja. Dan pastiin lewat jalan raya besar ya, bukan masuk jalan kecil dan lain sebagainya. Karena letaknya persis di pinggir jalan raya besar kok.
Dari tempat parkir, kita harus berjalan mengikuti jalan setapak yang sudah dibuat dengan rapi oleh warga sekitar. Nanti di tengah-tengah akan ada pos untuk pembelian tiket masuk. Hanya dengan IDR 10.000 per orang, kita boleh kembali melaju sampai pada air terjun kembar yang dari jarak 10 meter udah kedengeran suaranya.
Akan ada jembatan beton, kalo buat ke air terjun, gak usah nyebrangin jembatan tersebut. Dari situ udah deket banget kok dan sejauh mata memandang, rasanya pengen nyebur abis liat air yang jernih banget turun langsung dari air terjun.
Gak terlalu banyak turis yang datang kesini, mungkin karena hari biasa, tapi yang pasti selalu ada datang bergantian. Buat yang mau berenang, disini diperbolehkan banget, asal jangan bugil ya, hehehe.
Kolam alami yang terbuat dari limpahan air terjun bikin cekungannya agak dalam, buat orang yang gak bisa ngambang kayak saya, better main manja aja di bawah, lebih tenang dan gak berarus. Pastinya lebih aman. Kalo kekeuh pengen deket air terjun ya, celupin kaki bisalah ya.
Kenapa sih saya bilang gini? Karena arus air terjunnya deras banget, buat orang yang jago renang sih oke banget. Tapi daripada yang gak bisa renang nanti kenapa-kenapa, lebih baik cari aman aja ya.
Sehabis main air, jujur kamar mandi agak jauh dari air terjun. Pas banget di sebelah pos pembelian tiket masuk yang tadi sebelum kita masuk ya. Pake handuk udah jadi cara terampuh biar gak masuk angin. Udah kelar main air, mandi, rasanya perut keroncongan nih. Lanjut deh ya cari makan.
____________________________________________________
Summary Of Destination:
Air Terjun Gitgit
Jalan Raya Bedugul – Singaraja, Gitgit, Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali.
Tiket Masuk : IDR 10.000 / orang.
____________________________________________________
BE GENYOL TEPI BUYAN
Lagi-lagi ini eksklusif gak ada di VLOG.
Sebenarnya agak was-was kalau cari-cari tempat makan di dekat Bedugul, melihat banyak review dari beberapa testimoni yang ada, untuk makan di daerah sini, pilihannya terbatas atau mahal. Tapi lagi-lagi berkat “survey” tempat makan yang searah sejalur dekat Bedugul.
Terpilihlah Rumah Makan Be Genyol Tepi Buyan. Posisinya persis di tepi danau Buyan, gak jauh dari pertigaan antara arah ke air terjun Banyumala, air terjun Gitgit, dan turun ke Bedugul kalo dari arah Gitgit ya.
Rumah makannya sederhana, bisa pilih tempat duduknya, ada yang menyatu dengan bangunan rumah makan, ada juga saung yang sedikit jauh dari bangunan. Cuman karena lumayan terik, pilih tempat yang adem aja.
Kalo biasanya kita taunya Nasi campur babi guling di Bali, kalo daerah sini lebih familiar dengan babi genyol. Emang beda dengan babi guling yang dipanggang utuh. Kalo babi genyol ini, seperti gulai: berbumbu kuning dan berkuah, tapi tidak sekental gulai dan tidak bersantan.
Sepiring nasi dan Babi Genyol datang, ada yang menarik kalau saya lihat. Sang empunya warung mem-plating tidak persis di tengah piring. Disusun satu per satu dengan tangan, apik dan rapi banget. Komposisinya pas kalau dilihat.
Ada apa saja? Selain nasi putih yang pulen dan babi genyol yang empuk, lengkap disajikan dengan lawar, usus babi, telur rebus, dan bisa campur dengan ayam betutu, gak ketinggalan sambal matah dan semangkuk kuah kaldu yang hangat.
Sempat bertanya, yang membedakan Babi Genyol ini sebenarnya pada keempukan dagingnya. Karena dimasak berjam-jam dengan bumbu, babi Genyol ini lebih empuk dan berkuah.
Karena mungkin kita sudah terbiasa dengan makan makanan yang bumbunya berani, rasa seporsi babi genyol ini kalau lebih berbumbu akan lebih enak. Tapi balik lagi, masakan khas daerah kan beda-beda, jadi tetap dinikmati kok 🙂
____________________________________________________
Summary Of Destination:
Babi Genyol dan Ayam Betutu Tepi Buyan
Jalan Pancasari – Baturiti no. 54, Pancasari, Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali.
08.00 – 18.00
____________________________________________________
PURA ULUN DANU BRATAN
Selewat turun kembali ke pusat kota, Pura Ulun Danu Bratan jadi destinasi selanjutnya untuk dikunjungi. Tau kan icon yang tercetak di uang 50 ribu, kan? Jadi kali kedua buat saya mengunjungi danau yang adem banget yang ada pura-nya.
Gak jauh berbeda ketika saya kunjungi di tahun 2013, perbedaan mencoloknya terlihat pada banyaknya toko oleh-oleh yang banyak dan diakomodir oleh pura setempat. Jadi yang mau belanja bisa mampir disini.
Tiket masuk per orang adalah IDR 20.000, saya lupa ketika tahun 2013 berapa, tapi rasanya memang naik. Sesudah membeli di loket, langsung saja kita masuk. Dan menuju objek wisata utamanya, kita disuguhi oleh pemandangan taman bunga yang cantik.
Untungnya, cuaca sangat mendukung, walau mendung, tapi gak hujan. Yang harus diwanti-wanti itu anginnya yang lumayan besar. Better, bawa pakaian hangat atau minimal cardigan supaya gak bikin masuk angin.
Sedikit ngider, ada kawasan Candi Kuning yang mungkin masih di-develop oleh manajemen setempat. Selalu jadi favorit saya untuk bersantai, menikmati udara segar nan sejuk dengan berlatar pemandangan indah danau dan gunung di depan mata.
Tampak hilir mudik, kapal cepat maupun orang-orang yang bermain kapal kayuh bersantai di tengah danau. Ah, suasananya nyaman sekali, gak pernah bosan buat kembali lagi kesini, asal jangan hujan ataupun panas terik.
____________________________________________________
Summary Of Destination:
Pura Ulun Danu Bratan
Jalan Raya Bedugul – Singaraja, Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali.
Tiket Masuk : IDR 20.000 / orang.
____________________________________________________
TANAH LOT
Ini sih judulnya, throwback trip ya, abis dari Ulun Danu Bratan, langsung menuju Tanah Lot buat menghabiskan waktu di sore hari dengan sunset cantik pada lepas pantai. Dari lahan parkir, sudah semakin besar dan ramai.
Bukan di weekend tapi ruame pol! Eits, seketika perut minta makan lagi nih, sambil muter, ketemu deh penjual bakso sapi di Tanah Lot yang notabene di Bali itu jarang banget yang jualan bakso sapi. Tiap kali lewat, pasti ketemunya bakso tapi babi. Rasanya kurang nendang kalau bukan sapi.
Di sini, di Bakso Super Mas Roni, saya pesan Mie Ayam Bakso buat mengenyangkan perut ini. Dari segi rasa, gak jauh beda sama di Bandung kok. Nah, bisa jadi rekomendasi kalau kalau nih di Bali, lagi pengen bakso banget kayak orang ngidam, bisa mampir kesini.
Sebelum sunset, lanjut turun… Saya kira tuh lagi ada perayaan apa bagi umat Hindu, karena banyak yang memakai baju putih layaknya sedang beribadah. Tapi, ternyata, bukan. Ramai-ramai dekat Goa Ular dan di seberangnya banyak yang mampir untuk basuk muka di air suci.
Lalu ditempelkan beras pada dahi dan disematkan bunga kamboja di telinga. Airnya dingin, segar, dan ingat mata air tawar di bibir pantai loh. Jadi, keren banget kan?
Keasyikan mengambil banyak video buat VLOG, saya gak sadar kalau matahari sudah mulai masuk ke peraduannya, alhasil saya lari ke atas buat segera mengabadikan momen indah yang selalu saya nikmati dan saya kagumi.
Semilir angin, desiran ombak menabrak karang, lalu lalang orang, cahaya yang mulai meredup pertanda datangnya malam, selalu membuat kangen, apalagi baper. Rasanya gak pernah pengen pulang kalau gak inget rumah masih di Bandung mah. Hahaha.
____________________________________________________
Summary Of Destination:
Tanah Lot
Beraban, Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali.
Tiket Masuk : IDR 20.000 / orang.
____________________________________________________
Hari ini Tabanan dan Bulelengnya sekian. Besok, bakal explore Ubud dan segala isinya. Bakal lanjut lagi seru-seruannya di Day 3 #TukangNgiderGoesToBALI. Jangan lupa tonton VLOG di Youtube Channel Tukang Ngider ya. Stay tune terus, see you!
____________________________________________________
KUY, DER!
Tukang Ngider
Ngider terus, terus ngider
VLOG on Youtube : tukangngider
Instagram : @tukangngider
Facebook Page : Tukang Ngider