Masih rajin buat bangun tidur jam 5 pagi, hari ini selesai buat nginep di Denpasar, saatnya check out dan mari menjelajahi Ubud!
Sudah lama sekali berharap untuk datang kembali ke Bali dan memasukkan list perjalanan wajib mengunjungi Ubud. Dan hari ini di hari ketiga, saatnya menuju Ubud, sebuah desa yang masih asri walau sudah tersentuh kehidupan modern.
Tapi… Di tengah perjalanan, awan mendung menghampiri, hujan mulai turun, lumayan deras. Padahal, tujuan pertama adalah mengunjungi sebuah track yang otomatis outdoor dan kemungkinan gagal besar terjadi.
Syukurlah, memasuki pusat keramaian Ubud, matahari mulai kembali bersinar dan lanjut yuk kita ngider.
____________________________________________________
CAMPUHAN RIDGE WALK
Hasil survey menempatkan venue ini layak dan wajib buat dikunjungi ketika berada di Ubud. Ada apa saja disini? Disini terdapat jalur setapak yang lumayan ramai dilewati turis untuk berolahraga, mulai jalan sehat, lari, sampai bersepeda.
Sebenarnya, bukit Campuhan ini masih satu kawasan dengan sebuah Pura yang ada ketika kita akan masuk ke bukit ini: Pura Gunung Lebah. Eits! Saya sudah membaca banyak nasehat dari orang-orang yang sudah mengunjungi tempat ini dahulu. Masalah pintu masuk.
Dan saya jadi orang kesekian ribu yang mendapat masalah ini. Tidak ada tanda resmi yang terlihat untuk masuk ke bukit Campuhan ini. Tapi, patokan yang sangat jelas adalah persis di seberang Museum Antonio Blanco.
Ada 2 jalur, 1 jalur menuju ke bawah dan 1 lagi dijaga seorang petugas keamanan dengan portal yang menutup kawasan tersebut. Kalau sudah bisa menebak kemana, berarti anda keren. Yup, seharusnya menuju ke bawah dengan tanjakan yang sedikit curam, apalagi bekas hujan.
Nanti di sebelah kiri, terdapat lahan kosong yang cukup besar untuk memarkirkan kendaraan. Tidak terurus, setidaknya banyak yang parkir di lahan tersebut.
Untuk menuju bukit, setelah menuruni tanjakan tersebut, ada sebuah sign yang sangat membantu, walaupun sign itu mengarahkan ke sebuah tempat makan. Tapi setidaknya, dengan sign tersebut, kita bisa tahu kemana kita harus melangkah.
Jalan ke kiri menuju ke Pura dan jalan setapak ke kanan menuju bukit Campuhan. Serasa di hutan, tumbuh-tumbuhan menemani perjalanan di sisi sebelah kanan dan langsung berbatasan dengan sebuah sungai yang dalam, tapi suaranya menyejukkan hati.
Di awal perjalanan sudah mulai menanjak dan pemandangan mulai berubah, rumput-rumput tinggi menjulang dan sejauh mata memandang, dijamin mulut cuman bisa menganga. Well, baiknya sampai disini pagi-pagi banget sambil lihat sunrise yang katanya ciamik. Atau sore hari.
Sekitar dua kilometer, bukit ini berakhir dan disambung dengan permukiman warga, mulai dari traditional painter plus sawah-sawah yang memanjakan mata.
Ternyata pula, lahan diujung bukit Campuhan sudah di-develop dengan menjadi villa, resort, penginapan, dan restaurant.
Sampai pada akhirnya perjalanan dibawa pada jalan raya, saat itu juga diputuskan untuk kembali menuju mobil dan lanjut ke perjalanan selanjutnya.
____________________________________________________
Summary Of Destination:
Campuhan Ridge Walk
Jalan Raya Campuhan, Sayan, Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali
____________________________________________________
UBUD MONKEY FOREST
Perjalanan dari bukit Campuhan ke Monkey Forest tidaklah sulit, tinggal lurus, sampai pada kita harus berbelok. Pantas saja, banyak teman saya menyuruh saya untuk datang ke Ubud, ternyata saya bisa tahu kenapa Ubud itu keren banget!
Jejeran toko-toko pakaian, kafe, resto, tempat ngopi, aksesoris, menghiasi dan menemani perjalanan. Tidak terpaut lama untuk sampai di hutan raya di Ubud.
Sekumpulan monyet sudah terlihat, berkeliaran di jalan, bergelantungan di pohon. By the way, disini jadi tujuan wisata terfavorit ketika turis-turis mengunjungi Ubud. Jadi, gak heran kalau parkiran tuh lumayan penuh.
Walau sudah parkir, walau sudah juga survei denga harga tiket yang sedikit fantastis, kami batal untuk masuk ke dalam, alhasil berjalan-jalan di depan area Monkey Forest, hingga saya melihat kejadian yang sedikit mengerikan.
Ada sebuah gazebo dengan beberapa orang turis lokal dan luar negeri, juga beberapa monyet. Ada sebuah induk dan anaknya, seketika menyerang seorang bapak dan anaknya histeris ketakutan karena mungkin induk monyetnya mengira anaknya akan diambil. Nangis deh anaknya.
Memang banyak saran ketika sampai disini harus berhati-hati dengan barang bawaan kita masing-masing. Kalau bisa juga jangan pakai celana pendek, karena pernah dengar cerita dari seorang teman, betisnya digigit dan berdarah, ngucur bok! Yang penting hati-hati aja lah ya disini. Lanjut!
____________________________________________________
Summary Of Destination:
Ubud Monkey Forest
Jalan Monkey Forest, Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali.
IDR 40.000 (3-12 tahun)
IDR 50.000 (dewasa)
____________________________________________________
SATE BABI NANG LILIK
Karena tidak jadi mengunjungi Monkey Forest, alhasil sambil menunggu waktu check in hotel, kami akan menuju Tegalalang. Dengan mengulur waktu, perjalanan sedikit memutar dan ketika di daerah Sangeh, ada yang ngebul pinggir jalan, seketika berhenti dan mampir buat mengisi perut. Uhuk. Tau dong yang ngebul-ngebul itu apa.
Selain ada sate babi, saya masih ingat di spanduknya kalau disini ada Nasi Sela yang isinya nasi dicampur dengan cacahan ketela. Udah gitu, ada juga berbagai makanan seperti tum, pepes daging khas Bali, ada pepes lemak kelapa, dan lainnya.
Bermodal 20ribuan, lumayan bikin kenyang, secara 1 tusuk sate cuma seribu perak dan satenya lumayan besar. Manis berbumbu yang bikin nagih buat makan terus. Gak nyesel buat mampir walau gak sengaja. Monggo cobain kalo lewat di kiri jalan yang ngebul-ngebul.
____________________________________________________
Summary Of Destination:
Sate Babi Nang Lilik
Jalan Raya Sayan, Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali.
11.00-19.00
IDR 1.000 – IDR 5.000
____________________________________________________
ALAS HARUM AGROTOURISM
Penuh dengan kejutan! Lagi-lagi setelah gak jadi ke Monkey Forest, buat ke Tegalalang pun tak jadi. Saking ramainya sawah terasering yang baru aja ditanam, bikin nyali kita ciut buat mampir. Gak seperti Jatiluwih, disini sudah lebih komersial, sehingga ramainya ajubileh.
Masih dengan kebingungan yang ada, terus putar otak dan searching ada apa aja di Tegalalang. Sambil turun kembali ke Ubud, ada yang bikin melipir di kiri jalan. Namanya Agrowisata Alas Harum, lengkap dengan rayuan binatang Luwak yang identik dengan kopi.
Yang kerennya, setelah parkir dan turun dari mobil. Petugas keamanannya menyapa dengan ramah sekali, lalu seorang pramusaji menhampiri untuk membawa kami masuk ke dalam. Gerbang masuknya etnik banget dan sambil turun, disuguhi dengan tanaman dan beberapa quotes menarik.
Kami disuguhi tur singkat bagaimana proses awal hingga akhir sebuah kopi Luwak yang bisa dijual dengan mahal ke seluruh dunia.
Terlebih, pramusaji tersebut menawarkan untuk mencoba gak tanggung-tanggung, 14 cangkir produk yang dijual disini secara gratis. Tapi tidak untuk kopinya.
Dominannya teh dengan berbagai macam rasa buah-buahan, rempah-rempah, juga ada kopi yang dicampur dengan kelapa. Unik!
Apakah benar gratis? 100% GRATIS untuk ke-14 cangkir, untuk Kopi Bali dan Kopi Luwak mah tetep harus bayar, sekitar 50ribuan.
____________________________________________________
Summary Of Destination:
Alas Harum Agrotourism
Tegalalang, Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali.
081 999 877 643
____________________________________________________
SENIMAN COFFEE & UBUD’s TOUR
Pulang dari Alas Harum, langsung menuju hotel dan check in. Ada perbedaan mendasar yang ada dari hotel di Ubud dan Denpasar, adalah tidak ada televisi. Sedikit membosankan tapi jadi pengen buat ngider di Ubud.
Dunia itu sedikit sempit ya, pas lagi di Bali, pas ketemu temen dari Bandung yang samanya lagi di Ubud juga. Alhasil, janjian buat ketemuan di coffee shop terhits se-Ubud.
Sesampainya disini, suasananya asyik banget, tapi penuh. Aroma kopi sudah tercium dari jalan raya semakin kuat ketika sampai di dalam. Tidak terlalu luas tapi tidak juga sempit, yang pasti feelnya dapet banget ngopi di Ubud serasa dimana gitu.
Secangkir Cappucinno Single dengan gelas recycle dari botol bir, sebelah kanan kiri bule, semilir angin sore, boro-boro kepikiran beban hidup, adanya juga pengen tinggal disini, bersantai, liburan terus sepanjang hari. Ya, mustahil lah kalau hidup gak pake duit, yak? Haha.
____________________________________________________
Summary Of Destination:
Seniman Coffee Studio
Jalan Sriwedari no. 5, Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali.
08.00 – 22.00
____________________________________________________
Sampai akhirnya saya menemukan sebuah toko selai yang udah tau sejak lama gegara dibawain selai enak dari temen pas beliau ke Ubud. Dan akhirnya bisa datengin sendiri :’)
____________________________________________________
Summary Of Destination:
KOU Cuisine
Jalan Monkey Forest, Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali.
09.00 – 20.00
0813 2000 6234
____________________________________________________
Tanpa basa-basi, kaki melangkahkan lagi menjelajahi Ubud. Pasar Seni Ubud yang ramai, seperti yang udah tadi dijelaskan di atas, kalau pusat keramaiannya Ubud tuh penuh dengan toko-toko yang berjejer.
____________________________________________________
Pada akhirnya, hari ketiga selesai untuk diceritakan, malam menjelang, cari makan di sekeliling Ubud, saking laparnya, sampai lupa buat difoto, alhasil daripada menceritakan tanpa foto, rasanya dibuat nihil ya. Terimakasih sudah membaca, bertemu di hari keempat ya!
____________________________________________________
KUY, DER!
Tukang Ngider
Ngider terus, terus ngider
VLOG on Youtube : tukangngider
Instagram : @tukangngider
Facebook Page : Tukang Ngider