Satu lagi rencana dibatalkan, rencana untuk menikmati sunrise di Desa Pinggan ditiadakan. Sepertinya mulai lelah untuk bangun (terlalu) pagi. Liburan gituloh. Dan memang setiap pagi, Ubud sudah dilanda langit gelap, awan mendung menumpahkan isinya.
Alhasil, bangun tidur sedikit lebih siang. Sunrise di-skip, setelah sarapan yang cukup mengenyangkan, perjalanan akan berlanjut persis seperti di itinerary untuk menjelajahi air-air terjun di kawasan Bangli.
_________________________
TIPAT SATE BABI
Perjalanan dari Ubud menempuh waktu 1 jam lebih sedikit untuk sampai pada destinasi pertama. Sesampainya di tengah perjalanan di Kabupaten Bangli. Seperti sedikit throwback, berhenti di perempatan jalan karena lampu merah, di seberang jalan, ada kepulan asap berasal dari sebuah tenda.
Hmm, sudah kuduga. Ini penjual sate lagi, saudara-saudara. Tidak lama berpikir, banting stir setelah lampu hijau dan mampir untuk sarapan ronde kedua.
Sekilas, sate yang dijual masih sate babi, hanya saja warnanya cenderung lebih merah dibanding yang di Ubud kemarin. Banyak makanan pendamping yang dijual, istimewanya disini adalah satenya memakai tipat alias ketupat.
Makan berlima dengan kondisi perut setengah terisi tapi tetep aja kalap Cuma habis IDR 90.000 aja, satenya per tusuk seharga IDR 2.000 tapi jauh lebih besar, empuk dan enak. Masih gak percaya aja, makannya banyak tapi habis IDR 90.000 doang.
Jadi, worth it banget dan sedikit susah untuk menjelaskan posisi jelas warung yang satu ini. Tapi yang pasti patokannya adalah antara persimpangan jalan Patih Jelantik, Gunung Agung, Bukit Jati, dan Kalantaka. Kalau berhenti di Jalan Patih Jelantik, sebrang persis di sebelah kiri.
_________________________
Summary Of Destination:
Tipat Sate Babi
Persimpangan Jalan Patih Jelantik, Jalan Gunung Agung, Jalan Kalantaka, dan Jalan Bukit Jati, Kabupaten Bangli, Bali.
09.00 – habis
IDR 1.000 – IDR 5.000 per item
_________________________
TUKAD CEPUNG
Habis kenyang, lanjut lagi! Tidak terlalu lama untuk sampai pada tujuan pertama: Tukad Cepung. Tukad dalam bahasa Bali, berarti Air Terjun. Jadi, Tukad Cepung = Air Terjun Cepung. Entah, apa Cepung ada arti tersendiri atau tidak.
Akan sedikit was-was karena mendekati Tukad Cepung, kita akan melewati jalanan yang super sepi. Papasan dengan kendaraan bisa terhitung jari, jari tangan dan kaki ya maksudnya. Kalau mengikuti arahan peta sih oke-oke aja dan menjelang sampai, ada rambu jelas mengarah kesana.
Masuk ke area, kita akan disambut dengan sebuah Pura yang terlihat tidak terpakai. Walau masih kokoh, tapi ada sedikit perbedaan corak yang mungkin tidak biasa kita lihat pada umumnya ketika kita melihat Pura di Denpasar atau Kuta.
Parkiran yang ada diisi beberapa mobil dan motor. Gak heran, karena hasil survey, disini masih jarang dijamah oleh pengunjung. Jadi, beruntunglah bisa lebih santai karena tidak banyak orang yang datang kesini.
Setelah membeli tiket seharga IDR 10.000 saja. Jalan setapak yang sudah disemen memandu hingga bertemu dan menuruni anak-anak tangga. Mungkin sekitar 10 hingga 15 menit untuk sampai pada ujung tangga.
Belum sampai, kira-kira masih sekitar 15 menitan untuk berjalan melewati hutan dan aliran sungai seperti irigasi yang airnya bener-bener jernih, puol!
Suara gemericik air sudah terdengar, ketika bertemu lagi tangga buatan yang curam, bambu-bambu sebagai pegangannya. Himbauan untuk berhati-hati karena licin, jadi bekal menuruni pelan-pelan tanah dan batuan yang ada.
Siapa sangka ada sebuah tempat doa disana, sayangnya, saking excitednya saya, jalan masuk tidak saya foto. Tapi tenang di VLOG, terdokumentasikan dengan baik. Jadi, setelah baca BLOG ini, bisa disambung dengan VLOGnya ya.
Sulit mendapatkan foto yang kece, karena air terjun yang bombastis ini bikin cipratan air sukses membasahi lensa. Otomatis selalu blurred. Air terjun disini unik ya, di dalam goa, setelah dari aliran sungai yang kita lewati, akan tumpah diujung batu. Turun airnya rapi banget dan lumayan deras.
Mungkin hasil buatan manusia, tapi ini sih keren banget kalo bisa dapet angle yang pas dan lensa kamera yang gak basah kena cipratan air terjunnya. Efek dramatisnya ituloh bikin gregetan, pas tau kalo susah banget ambil bahan foto dan video disini.
Tapi ya sudahlah, yang penting sudah pernah datang dan menginjakkan kaki disini. Perihal nanti bisa dapet konten yang bagus, jadi alasan buat bisa mampir kesini lagi. Karena itu, belum puas buat main, mau lanjut lagi ke air terjun selanjutnya.
_________________________
Summary Of Destination:
Tukad Cepung
Jalan Tembuku, Dusun Penida Kelod, Tembuku, Kabupaten Bangli, Bali.
06.00-18.00 WITA
Tiket Masuk : IDR 10.000/orang
_________________________
AIR TERJUN TEGENUNGAN
Nah, ini udah beda lagi dan balik lagi ke Kabupaten Gianyar. Dan ternyata, letaknya dekat dengan Pasar Seni Sukawati, lho. Sempet heran, ini di tengah kota kok bisa ada ya air terjun. Kalau lihat ulasan sih, air terjunnya oke.
Sampai akhirnya sawah-sawah menyambut, mobil diparkir, dan deg-degan karena parkiran ramai lalu lalang mobil dan motor. Makin masuk kedalam, makin ramai dengan pengunjung. Dan ternyata, hari ini itu hari libur di Bali. Pas, hari raya Pagerwesi.
Bener-bener rame, walau gak sampe sumpek sih. Tapi ya lumayan lah, dibandingkan pas tadi di Tukad Cepung, mungkin 20x lipat ramenya. Lagi-lagi fotonya gak ada, liat di VLOG ya. Jangan lupa SUBSCRIBE, uhuk!
Setelah beli tiket dan melewati pos masuk, sebelum turun ke bawah, ada sebuah gazebo dan tempat untuk memandang dari kejauhan, seperti apakah air terjun yang akan kita capai. Dan alhasil, amaze banget kalau air terjunnya deras.
Mulai menuruni anak tangga dan ternyata ada 1 air terjun kecil di tengah perjalanan yang bisa dikunjungi duluan. Pemanasan kali ya. tapi memang harus nanjak dan naikin batu-batu. Lumayan buat sesi foto.
Habis dari situ, nanti ada cabang dimana kalau ke kiri itu buat ke Air Terjun Tegenungan, kalau ke kanan ada spring water juga kamar mandi yang bersih banget buat mandi dan segala macam rupanya.
Dari kejauhan, banyak batu-batu yang disusun dari besar hingga kecil. Mengingatkan saya sama permainan zaman kecil yang harus diancurin pake bola terus disusun lagi. Apalah namanya, batu tujuh kalo gak salah.
Di sisi kiri, ada air pancur yang katanya sih bikin awet muda. Percaya gak percaya, ya cuci muka aja disitu buat segerin muka. Kalau dapet mudanya ya bonus lah ya.
Air terjunnya deras banget sih, mau main air juga rada males karena banyak orang, dari yang berenang, berjemur, sampe haha hihi juga banyak. Gak terlalu lama, akhirnya bergegas lagi naik dan lanjut ke Pasar Sukawati.
_________________________
Summary Of Destination:
Air Terjun Tegenungan
Jalan Ir. Sutami, Kemenuh, Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali.
08.00 – 19.00 WITA
Tiket Masuk : IDR 15.000/orang
_________________________
PASAR SUKAWATI
Sama seperti yang sudah saya bilang tadi di awal, kalau buat sampai ke Pasar Sukawati tuh deket. Gak sampe 15 menit udah sampe kok. Well, karena kagok dibanding pulang lagi ke hotel siang-siang,ya mampir aja kesini walau sedikit panas.
Sampai di pusat keramaian, ada penjual es yang bikin gak tahan iman buat mampir dan beli. Ada es campur dan es kelapa. Es campur gak ada bedanya mau di Bandung atau di Bali. Tapi yang beda adalah Es Kelapanya.
Di Bandung biasanya es kelapa pake air jeruk manis, kalau disini pakai perasan jeruk nipis. Air kelapa dingin yang seger, terus ada sensasi asem seger dari jeruk nipis, bikin panas bolong gak kerasa lah kalau minum ini. Beneran harus coba dimanapun selama di Bali. SYEGER!
Ya lumayan menghabiskan waktu disini, karena perut lapar juga, saatnya bergegas dan cari makan. Awalnya mau di sekitaran Pasar Sukawati, tapi sudah terlampau siang, banyak yang sudah tutup dan gak mau cari resiko kalau gak sesuai selera dan lain sebagainya.
_________________________
Summary Of Destination:
Pasar Sukawati
Jalan Raya Sukawati, Kabupaten Bangli, Bali.
08.00 – 18.00 WITA
_________________________
WARUNG BE PASIH – PANTAI LEBIH
Kalau di itinerary, rencana makan berlanjut ke Pantai Lebih di Bypass Prof. Ida …, adanya di Pantai Lebih salah satu pantai nelayan yang katanya jadi cikal bakal Sate Lilit itu tercipta disini dan akhirnya tersebar ke seantero Nusantara.
Agak jauh dari Pasar Sukawati, hampir 1 jam buat sampai disini. Sesampainya di Pantai Lebih, banyak masyarakat yang habis ibadah hari raya Pagerwesi mampir kesini juga, karena memang disini berjejer tempat makan pinggir pantai.
Kenapa pilih Warung Be Pasih, karena lagi-lagi review dari banyak orang yang sudah mampir duluan kesini. Dan saya lebih pilih yang pasti dengan review yang tokcer dong ya. Memang benar, kalau dilihat warung Be Pasih, sepertinya paling ramai dan lebih besar.
Enaknya disini, kita tinggal milih aja mau makan apa, ada yang sudah dipaket. 1 Paket bisa dapet macemnya, bisa juga menu satuan. Saya sih pilih Paket 1 – Sate Languan. Ya sate Lilit disini namanya Sate Languan.
Paket 1 itu isinya nasi, sate Languan, Kangkung Plecing, Pepes Ikan, dan Sup Baso Ikan. Yang lain nambah Ikan Bakar Tenggiri seharga IDR 30.000, Ikan Bakar Kakap IDR 35.000, dan Cumi Asam Manis IDR 30.000. Pilihan nasinya bisa nasi putih atau nasi Sela, nasi pakai ketela.
Sate Languannya itu empuk banget dan bumbu asli disini tuh sebenernya gak terlalu strong ya, dibanding dengan sate lilit yang tentunya sudah dimodifikasi dengan berbagai macam bumbu yang lebih nendang. Tapi Kangkung Plecing sama sambal matahnya, ENAK!
_________________________
Summary Of Destination:
Warung Be Pasih
Jalan Prof. Ida Bagus Mantra No. 89, Blok Pertama, Lebih, Kabupaten Gianyar, Bali.
09.00 – 21.30 WITA
0878 6170 6097 / 0812 3770 8446
_________________________
Sehabis makan, sambil bersantai menikmati suasana sore, berjalan menuju Pantai Lebih. Eits, saya dialihkan dengan spanduk Jajan Laklak. Sepertinya kue tradisional khas Bali, dan ini nih yang saya suka kalau lagi ngider. Jajanan tradisional khas daerah setempat.
Yup! Namanya Lak-lak, kalau di Bandung tuh sebenernya serabi. Tapi yang membedakan adalah dari ukurannya yang kecil, warnanya hijau seperti serabi hijau. Udah gitu, dimakannya dengan kelapa dan kinca yang lumer gitu.
Rasanya saya lebih suka Lak-lak, lho! Teksturnya lembut banget, kelapa dan kincanya itu gak giung, manisnya pas dan gurih karena parutan kelapanya. 1 porsi isi 6 seharga IDR 5.000 aja bikin hati seneng banget bisa cobain salah satu kekayaan kuliner Nusantara di Bali.
_________________________
Summary Of Destination:
Warung Diah Tari
Pantai Lebih, Jalan Prof. Ida Bagus Mantra No. 89, Blok Pertama, Lebih, Kabupaten Gianyar, Bali.
08.00 – 18.00 WITA
_________________________
Setelah manis-manis, ya lanjut ke pantai. Kapal-kapal nelayan berjejer menyambut, sinar matahari sore menjelang terbenam itu keren banget. Walau disini pantai pasir hitam, suasananya tuh syahdu banget.
Air lautnya seakan glowing, sparkling gitu, susah dijelaskan dalam bahasa Indonesia. Tapi bener-bener keren! Langitnya biru, deburan ombak, semilir angin, juga ada spot batu-batu karang yang bikin gak tahan buat OOTD disini. Makin kagum ada semburat jingga mulai mewarnai langit dari selatan. Tandanya harus pulang nih.
_________________________
Summary Of Destination:
Pantai Lebih
Jalan Prof. Ida Bagus Mantra, Blok Pertama, Lebih, Kabupaten Gianyar, Bali.
_________________________
UBUD NIGHT MARKET
Pulang kembali ke Ubud ditemani terbenamnya matahari yang bikin wow sepanjang perjalanan. Masih dengan kebosenan di hotel tanpa hiburan yang mumpuni, saking gak maunya sampe di hotel sepagi itu, masih berlanjut ke Pasar Malam di Ubud.
Pencarian dadakan di Google dan ketemulah tujuan yang bisa dikunjungi sewaktu malam di Ubud. Arahnya menuju ke daerah Sangeh yang kemarin beli sate ituloh.
DI tengah perjalanan, banyak masyarakat yang mau beribadah dengan pakaian adat putih-putih, saya lupa namanya apa, bikin sejenak kendaraan sengaja melaju perlahan, untuk bisa melihat suasana yang jarang banget bisa dijumpai di Bandung.
Gak lama kemudian, sampailah di Ubud Night Market. Ada apa aja? Ya layaknya pasar malam, makanan-makanan, penjual pakaian dan berbagai macam benda-benda yang dijual. Ada juga serombotan, seperti pecel khas Bali yang sungguh saya lewatkan karena masih kenyang untuk saya coba.
Setidaknya, nanti kalau ke Bali, saya harus cicip dan bener-bener wisata kuliner buat cobain makanan-makanan tradisional khas Bali, maupun tempat-tempat makan yang tidak sempat dicoba karena keterbatasan waktu. DEAL!
_________________________
Summary Of Destination:
Ubud Night Market
Jalan Raya Tebongkang no. 39, Singakerta, Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali.
_________________________
WARUNG KAYANA
Ini salah satu warung yang direkomendasi banyak orang kalau main ke Ubud, tentu jadi wishlist saya buat bisa mampir makan disini. Yang katanya sih, rumornya ya. Ini tuh saingannya Ribs Steak tersohor itu versi murah.
Well, emang murah dan mirip banget sama Warung Pork Ribs yang terkenal itu. Tidak terlampau besar untuk ukuran warungnya, tapi saya baru sadar kalau semua pekerja disini adalah wanita. Dari mulai yang masak sampai yang melayani adalah wanita. KEREN!
Pertama sampai, hampir penuh terisi oleh tamu-tamu, tapi untungnya banyak yang selesai makan dan pulang. Disambut oleh patung babi yang lucu, yang kayaknya jadi spot sejuta umat kalau sudah pernah mampir kesini.
Well, Iga Bakar atau Pork Ribs (L) jadi pesanan, seharga IDR 48.000, kalau di sebelah gak mungkin dapet. Untuk harga sedemikian itu, memang cukup worth it untuk mampir kesini. Well, kalau perut gak kenyang sih, mungkin bisa lebih bisa menikmati lah ya.
_________________________
Summary Of Destination:
Warung Kayana
Jalan Kedewatan, Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali.
10.00 – 22.00 WITA
_________________________
Akhirnya bisa kembali ke hotel buat langsung tidur, setelah sekian tempat dikunjungi supaya gak uring-uringan di hotel. Masih ada 2 hari lagi buat diulas di #EdisiLiburan #3JutaanKeBali. Buat yang mau nonton VLOG Day 4, tinggal play aja ya di bawah. Stay tune buat cerita selanjutnya ya.
VLOG | DAY 4 of Tukang Ngider Goes To Bali
_________________________
KUY, DER!
Tukang Ngider
Ngider terus, terus ngider
VLOG on Youtube : tukangngider
Instagram : @tukangngider
Facebook Page : Tukang Ngider