Kalau liburan tanpa hal yang dadakan, rasanya bukan liburan kali ya. Dari kemarin banyak rencana yang dibatalin, beda buat hari ini. Ada rencana baru buat menyambut pagi di hari keenam yang notabene jadi malam terakhir di Bali.
PANTAI MATAHARI TERBIT
Yup! Setelah kemarin gagal mencari sunrise ke Desa Pinggan, hari ini punya rencana baru buat ngider ke Pantai Matahari Terbit di Sanur. Sesuai namanya, udah pasti lagi-lagi harus bangun pagi buat mengejar matahari.
Kalau cek di Google, 05.29 waktu matahari terbit di daerah Denpasar dan sekitarnya. Dan 04.30 sudah terbangun untuk bersiap-siap menuju Sanur.
Sampai di Sanur jam 04.50, hari masih gelap. 5 menit kemudian, semburat jingga sudah mulai muncul terlukis menemani lautan. Menandakan golden hour akan segera dimulai. Kemungkinan salah parkir itu ada.
Awalnya dikira Pantai Matahari Terbit itu berbeda dengan Pantai Sanur, tapi sejauh mata memandang ternyata masih dalam satu garis pantai yang sama. Otomatis, sedikit jauh buat berjalan dari tempat parkir menuju gazebo-gazebo yang jadi ikon Pantai Sanur/Matahari Terbit.
Tapi sesungguhnya, pasti ada aja hikmah ya. Parkir sedikit jauh, jadi pemanasan buat badan berjalan mungkin hampir setengah kilo. Ditambah pemandangan kapal-kapal nelayan yang bertengger di pinggir pantai.
Sesungguhnya saya lebih suka melihat langit dengan semburat warna jingga yang bikin adem lihatnya, dibandingkan setelah matahari terbit, warna oranye jadi semakin terang dan terlalu ngejreng.
Maka dari itu mengapa saya lebih suka melihat matahari tenggelam dibanding matahari terbit. Tapi keduanya jadi favorit kok kalau setiap ngider, kudu wajib ada buat mengejar matahari sepert ini.
Setelah matahari sudah naik, bergegaslah kami kembali ke hotel untuk sarapan. Di tengah perjalanan menuju mobil, barulah tersadar kalau ternyata Pantai Sanur merupakan salah satu base kapal-kapal untuk menuju ke Nusa Penida begitupun sebaliknya.
Gak afdol kalo gak jajan, seorang bapak menjajakan gorengan yang dijual di pinggir pedestrian. Ada bakwan, tahu goreng, dan lumpia. Yang istimewa, gorengan itu dipotong-potong lalu disiram dengan bumbu kacang. Disajikan dengan kertas nasi dan beberapa tusuk gigi. Lumayan mengganjal perut.
_________________________
Pantai Matahari Terbit
Jalan Matahari Terbit, Banjar Batam Poh, Sanur Kaja, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali.
_________________________
NUSA DUA
Sesudah sarapan, siap menuju destinasi selanjutnya di Nusa Dua. WATER BLOW! 4 tahun lalu, saya mampir dan hasilnya nihil. Datang di siang bolong yang panasnya luar biasa terik, tapi gak ada blow-blownya itu air.
Berbekal info survey, katanya kalau di bulan-bulan musim penghujan, ombak akan lebih pasang dan hasilnya terjangan air laut dengan karang bisa terlihat. Well, yang penting bisa mampir pas ada ombaknya.
Dari awal sampai pun, pengen banget melintasi satu-satunya Tol di Bali, akhirnya hari ini kesampaian juga. Di atas teluk, tol Mandara Bali ini berdiri kokoh dan menyuguhkan pemandangan yang KEREN ABIS! Langit dan hamparan lautan yang biru, seneng banget liatnya.
Gak perlu lama buat sampai di kawasan Nusa Dua, langsung aja deh menuju pintu masuk Water Blow. AHH! Nasib baik tidak menghampiri. Area water blow DITUTUP dengan alasan keamanan. Denger cerita kalau gak beberapa lama, beberapa turis terseret ombak dan itu yang menyebabkan alasan Water Blow ditutup sementara.
Gregetan, pengen lihat kayak apa sekarang, ada jalan yang bisa ditembus. DAN INI GAK BOLEH DITIRU YES! Emang dasar gak bisa macem-macem, di area itu ada beberapa penjaga keamanan yang siaga untuk mengusir pengunjung nakal seperti kami, walau gak sampe diusir kok.
Tapi, apa yang dilihat itu, karang-karang tajam memang terhampar. Rasanya dulu gak sedekat ini berbatasan dengan laut. Dan ternyata abrasi membuat batas laut dan tebing berkarang menjadi semakin dekat. But, show must go on! Gak pake lama langsung caw.
_________________________
Nusa Dua Peninsula Island
Pulau Peninsula Nusa Dua, Benoa, Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali.
06.00-22.00
_________________________
GREEN BOWL BEACH
Ini gunanya survey kalau mau berlibur ke suatu tempat. Bisa dapetin tempat-tempat baru yang belum terjamah atau terlewat keindahannya. Giliran Pantai Green Bowl yang jadi tujuan selanjutnya.
Jalan menuju kesini, sama seperti ke Pantai Pandawa. Hanya saja kita akan melewati dulu Pantai Pandawa baru sampai ke Pantai Green Bowl ini. Tepat di gerbang masuk pantai ini, ada sebuah Pura dan beberapa monyet yang tinggal disini.
Ada beberapa toko juga tidak terlalu ramai dikunjungi. Walau katanya pantai ini sudah dikenal oleh orang, tapi tidak seramai pantai lain yang ada di selatan Bali.
Sudah diwanti-wanti dari awal, kalau tangga untuk menuju pantai lumayan banyak dan melelahkan. Tidak untuk turunnya, toh turun kan? Sekitar 300 anak tangga harus ditempuh. Dan proses tidak akan mengkhianati hasil, ini pantai dengan pasir putih dan hamparan biru kedua setelah Pantai Bias Putih. BAGUS BANGET!
Pantas saja banyak turis yang menenteng papan surfing, karena ombaknya yang cukup besar, asyik buat mereka berselancar ria di sini. Tapi ya salut aja, bolak-balik mereka turun naik bawa papan selancar yang guedenya ampun dah.
Di ujung tangga, ada banyak batu karang yang sering diterjang ombak, kalau gak terlalu kencang, bisa jadi spot foto keren nih kayak saya punya.
Pantainya gak seluas pantai Kuta, ya paling 100an meter lah ya. Ada sebuah gua yang tidak terlalu dalam, bisa jadi tempat berteduh kala terlalu panas buat main disini, tapi ya gak mungkin lah di pantai gak sekalian tanning.
Jadi pantai favorit saya, walaupun bukan yang pertama. Yang pertama tetap Pantai Bias Putih, ya Green Bowl favorit kalau males pergi jauh-jauh. Lumayan dimana lagi dapet pantai yang bergradasi macam ini gak jauh dari Kuta. Mari lanjut lagi!
_________________________
Green Bowl Beach
Jalan Bali Cliff, Ungasan, Kuta Selatan, Kabupaten Badung Bali.
HTM: IDR 5.000/orang.
_________________________
PANTAI PANDAWA
Nanggung kalau udah lewat tapi gak mampir sih, sia-sia. Sambil menunggu jam makan siang, sedikit mampir kesini dan 4 tahun berlalu sudah banyak banyak banyak banget perubahan yang signifikan. Saya percaya kalau retribusi yang berasal dari pengunjung sangat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.
Mulai dari gapura selamat datangnya yang WOW banget, gerbang masuknya yang megah, kebersihannya tetap dijaga, ada juga pembangunan fasilitas yang makin keren. Sungguh luar biasa!
Saya juga sampai kaget kalau tebing-tebing yang tadinya kosong sekarang sudah ada pembangunan untuk hotel. Saya agak menyayangkan sih, tapi ya itu kan kebijakan masing-masing daerah lah ya. Saya mah bisa apa atuh, toh pasti membantu perekonomian masyarakat setempat. TOP deh!
Pas saya datang di bulan Agustus, Pantai Pandawa ternyata menjadi tempat perayaan HUT Kemerdekaan Indonesia. Ada rekor pengibaran bendera terpanjang, bayangin aja dari awal setelah gerbang masuk itu bendera besar dipasang di tebing sampai ujung tebing.
Udah gitu, ada banyak juga bendera-bendera tertancap yang berkibar oleh angin pantai. Rasanya nasionalis banget sudah sampai sini. Keren dan kagum banget! Walau gak main air di pantai tapi cukup aja buat menunggu jam makan siang.
_________________________
Pantai Pandawa
Kutuh, Pecatu, Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali.
HTM: IDR 8.000/orang.
_________________________
WARUNG MAMI IKAN BAKAR
Beralih ke Utara, menuju Uluwatu. Tempat makan siang ini spesial banget karena banyak direkomendasikan oleh banyak orang, dimulai dari teman-teman hingga foodblogger hits yang udah pernah kesini.
Warung Mami Ikan Bakar. Di jalan raya Uluwatu, persis pinggir jalan raya, ada sebuah tempat makan yang tidak terlampau kecil tapi juga tidak terlalu besar. Sederhana tapi memikat banyak orang. Dari pinggir jalan, asap-asap pembakaran mengepul.
Pas banget baru buka dan pengunjung yang datang baru sedikit. Sesampainya, langsung memesan ikan bakar, ada 3 pilihan ikan saat itu: Kerapu, Kakap, dan Kuwi. Ada juga Udang dan kerang. Gak pake lama, akhirnya pesan Kerapu dan Kuwi.
SEKILAS INFO PENTING: Kalau kesini, jangan datang terlalu lapar. Karena ikan-ikan ini dimasak dari awal. Dipotong, dibersihkan, dan dibakar dari mentah. At least, prosesnya membutuhkan waktu yang lumayan.
Tapi, setelah datang, gak akan yang namanya menyesal. Ikan bakar berbumbu ini khas banget rasanya. Gak bau amis, matang sempurna dan bener-bener enak. Ada 3 sambal yang bikin tambah enak: sambal matah, sambal bajak sepertinya, dan sambal kecap rawit. Acar timun tomat yang segar dan bawang putih iris goreng.
Gak cuma itu, dapet juga plecing kangkung yang WOW! Semua disatukan dalam satu suapan dengan nasi putih hangat, rasanya bikin melayang-layang. 1 porsi nasi putih rasanya gak cukup. Oh ya, ikan bakarnya besar, banyak pula dagingnya.
Dijamin puas makan ikan bakar yang enak. Dibanding makan di Jimbaran siang-siang, saya bakal milih makan disini dan pasti bakal mampir kalau ke Bali lagi. WAJIB hukumnya. CATAT ya, disini kalau jam makan siang bakal RAME banget dan tutup sebelum malam saking larisnya. Keren kan?
_________________________
Warung Mami Ikan Bakar
Jalan Uluwatu II no. 30X, Jimbaran, Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali.
12.00 – 19.00
IDR 5.000 – IDR 70.000
_________________________
PANTAI SULUBAN
Sehabis kenyang makan, mengikuti lagi jadwal yang padat di hari ini. Menuju pantai terkenal dan terkece dari jaman 4 tahun lalu di Uluwatu: Pantai Suluban. Dan hampir salah pantai ketika menuju kesini.
Saya agak lupa dan tertukar dengan Pantai Padang-Padang atau Uluwatu yang dipakai shooting Eat, Pray, Love dengan Pantai Suluban ini atau dikenal dengan Blue Point. Yang pasti saya ingat adalah Pantai ini ada tempat parkirnya aja.
Sesampainya disini, lansung meluncur ke bawah. Lagi-lagi perubahan cepat mengubah tempat ini. Semakin banyak lounge dan bar yang ada disini. Tapi tidak dengan pantainya. Sayangnya, air sedang pasang, atau mungkin dampak abrasi.
Ada satu jalan yang bisa menembus sisi lain pantai, tapi ya airnya lagi pasang. Jadi, saya ke tempat dimana 4 tahun lalu saya tidak mampir kesini. Eh, ternyata ada bangkai kapal yang terdiam kaku, dimanfaatkan oleh para turis sebagai tempat menjemur dan menitipkan barang bawaanya. Cool!
Sempat bingung harus lewat mana, sampai akhirnya, saya baru ngeh, saya harus menunduk melewati celah batu karang yang lumayan kecil. Ya, karena air pasang dan jalan yang saya ketahui sudah tergenang cukup dalam.
Niat hari ini buat tanning gak terlalu berhasil, karena pindah-pindah tempat, sesampainya disini, keasikan berenang dan matahari sore nampaknya kurang kuat untuk menghitamkan badan ini. Well, tak apalah. Lumayan sejam berada disini, saatnya beranjak dan menuju Pura Luhur Uluwatu.
_________________________
Pantai Suluban
Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali.
_________________________
PURA LUHUR ULUWATU – KECAK DANCE
Gak terlalu jauh dan lama buat sampai di Pura Luhur Uluwatu. Berbekal informasi yang mengatakan kalau mau nonton Tari Kecak, kudu datang lebih awal supaya gak kehabisan tempat. Yap! Baru kali ini saya bisa menonton Tari Kecak yang terkenal dari Bali.
Sebelum sampai Bali, kira-kira seminggu sebelum berangkat, saya sudah memesan tiket nonton Tari Kecak secara online melalui Whatsapp. Thanks to Technology, memudahkan segalanya sekarang. Dapet harga lebih murah dengan konsekuensi kalau hujan dibatalkan dan uang tidak bisa balik.
Puji Tuhan! Cuaca sangat mendukung dan benar-benar cerah. Saking cerahnya, kita yang menonton seakan dihukum dijemur oleh terik matahari sore yang lumayan menyengat. Tapi gak sampai bikin kebakar sih kulitnya.
Semakin lama semakin penuh sesak oleh pengunjung, hingga tersisa beberapa space di tengah arena untuk para pemain tarian Kecak ini. Ceritanya panjang, tidak usah saya ceritakan disini, tapi yang pasti bercerita dengan Rama dan Shinta, juga yang menarik perhatian sang Hanoman.
Semakin sore, kami semua disuguhkan pemandangan alam yang luar biasa indahnya. Terbenamnya matahari menjadi latar belakang tarian Kecak ini. Walau sedikit tidak nyaman dengan kepenuhsesakan pengunjung yang hadir, tapi saya bersyukur, bisa nonton aslinya dari Bali.
_________________________
Pura Luhur Uluwatu – Kecak Dance
Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali.
HTM Pura: IDR 20.000/orang
Tiket Kecak Dance: IDR 85.000/orang (online)
_________________________
Hidup memang seperti itu ya, kadang yang kita bilang baik, jalannya gak pasti mulus. Banyak kendala. Juga setiap ada pertemuan, pasti juga ada perpisahan. Sama nih, ini jadi malam terakhir di Bali. Besok siang sudah harus pulang kembali ke Bandung. Tapi besok masih ada kok cerita sampai tiba di Bandung. Jadi pamitnya di artikel selanjutnya aja ya. Abis ini nonton aja VLOG biar greget. Oke?!
VLOG Day 6 of Tukang Ngider Goes To Bali
_________________________
KUY, DER!
Tukang Ngider
Ngider terus, terus ngider
VLOG on Youtube : tukangngider
Instagram : @tukangngider
Facebook Page : Tukang Ngider