“Apa pencapaian tertinggi Andrew sepanjang menjadi seorang Travel Blogger?”
Pertanyaan ini akan saya jawab lagi tanpa bosan-bosannya, walaupun sudah sering saya jawab di berbagai kesempatan, hampir di seluruh media sosial saya. Sebuah prestasi yang sampai hari ini saya banggakan, mungkin hingga seumur hidup saya.
Selain itu, sebagai titik awal kembali saya bangkit dari ketidakberdayaan karena pandemi Corona dan tertundanya berbagai rencana yang sudah saya siapkan di tahun 2020. Mari saya mulai ceritakan…
_________________________
Awal mula
Setahun yang lalu, masih berstatus sebagai karyawan di kala niatan ingin segera resign, saya memberanikan diri untuk mengikuti kompetisi yang diselenggarakan oleh sebuah Perusahaan Pendidikan Bahasa Internasional.
Awalnya, saya tidak tahu menahu tentang kompetisi ini, mungkin karena bukan seorang pegiat kompetisi, informasi kompetisi justru saya dapatkan dari ko Sinyo, salah satu teman Travel Blogger yang sudah saya kenal cukup lama.
Saya masih ingat persis, ko Sinyo share link kompetisi melalui Whatsapp beberapa jam setelah saya bertemu beliau di Stasiun Gambir dalam pertemuan singkat yang sesingkat-singkatnya dengan mbak Ika, Travel Blogger lainnya (juga). Maksudnya, beliau ada waktu sambil menunggu jadwal kereta menuju Bandung setelah beraktivitas di Jakarta.
Saya buka link tersebut dan saya baca seluruh syarat dan ketentuan yang tertera dengan seksama. Baik, saya harus membuat sebuah video singkat berdurasi 60 detik dengan tema “Kenapa Harus Keliling Indonesia?”, langsung putar otaklah saya buat konsep videonya seperti apa. Eh tapi, masih belum selesai baca.
Deg! Info dari ko Sinyo saya dapatkan di tanggal 24 Maret 2019, sedangkan deadline-nya 31 Maret 2019. Berarti kurang dari seminggu, saya sudah harus menyelesaikan video untuk di-submit. DEG! Belum selesai kagetnya, otak ini mengingatkan saya pada External Harddisk yang baru saja rusak, semua footage video yang saya punya ada disana semua. Nangislah di pojokan kamar.
Perjuangan jatuh bangun
Hari demi hari, dengan kondisi berduka karena harddisk yang rusak, masih berpikir bagaimana caranya bisa bikin video dengan kondisi seadanya. Tepat 3 hari sebelum deadline, entah ada pikiran dari mana, saya ingat kalau saya punya video vlog yang sudah di-upload di YouTube. Dari situ, ide kembali mengalir deras.
Saya download semua video vlog yang ada, lalu saya screening satu per satu. Gak pake lama, rangkaian cerita terbentuk. Di akhir video, kok saya ngerasa kurang. Kagok gitu loh, hingga tiba saatnya hari H deadline pengumpulan, video saya masih belum selesai.
Di sore hari, saya masih buat 1 scene video, isinya muka saya yang inframe menjawab pertanyaan tema video yang diberikan. Pukul lima sore, kondisi sudah mendung hampir gerimis di kawasan Monas bersama Kak Ratri, lagi-lagi teman blogger yang sudah saya kenal di Bandung sejak lama, mumpung doi di Jakarta dan sambil nunggu kereta (lagi) di Stasiun Gambir.
Belum selesai sampai situ, video masih belum jadi. Setelah dari Gambir, saya menuju Rumah Sakit Pondok Indah, janjian sama Mbak Terry dan Kak Rere untuk barengan membesuk seorang teman yang sakit.
Ya tentu saja, sambil menyelam minum air, udah punya closing statement buat draf video, saya selesaikan pembuatan video hanya dengan sebuah aplikasi video editing di ponsel. Udah dapat footage dari hasil video jadi (milik sendiri) di YouTube, ngedit-nya di hape pula. Oh ya, di dalam video itu saya berikan Voice Over, gak pake rekaman bagus nan mahal, itu saya rekam suara saya langsung dari kamar mandi ruangan rumah sakit teman saya dirawat.
Nyesek di dada
VIDEO SAYA JADI! Hampir pukul 21.00, tinggal upload di YouTube, dan isi formulir keikutsertaan saya dalam kompetisi tersebut. Selangkah terakhir sebelum finis, tiba-tiba saya panik membaca di ujung halaman syarat dan ketentuan kompetisi, deadline kompetisi sudah berakhir pukul 18.00.
Terbayang betapa poteknya hati saya? Lemas tak berdaya di ujung ruangan kamar rumah sakit. Mulut langsung mengadu, saya ceritakan ke mbak Terry dan kak Rere kalau deadline-nya sudah lewat yang saya kira berakhir pukul 23.59 seperti syarat kompetisi pada umumnya.
Video baru saja selesai di-upload di YouTube, hampir nangis pula saking remuknya perasaan saya ini karena terlambat. Mungkin kak Rere gak tega juga lihat saya yang sudah hopeless, berkatalah beliau, “Tak apa, upload saja videonya, isi juga formulir pendaftarannya. Coba dulu, kalau memang rezeki kamu, pasti bisa masuk. Gak ada salahnya coba, kan?”. Mbak Terry juga mengiyakan.
Memang dasar Taurus, udah ditenangin sedemikian rupa, masih aja hati rasanya ganjel. Lebih ke gak rela karena sudah berjuang sedemikian rupa terus bodohnya cuek sama deadline yang udah jelas-jelas ditulis. Tapi, benar adanya. Kata mbak Terry, “Kalau memang rezekimu, gak akan kemana, kok.”
Pukul 21.30, resmi video saya terdaftar dengan “sesak” di dada.
_________________________
Titik cerah di ujung jalan
Memasuki bulan April 2019 dengan sedikit move on, belum genap sehari kejadian, saya dihubungi penyelenggara, bahwa submission saya diterima. Tentu saja langsung merasa lega. Memang benar, kalau sudah rezeki, gak akan lari kemana kok.
Ada kejutan lagi keesokan harinya, Selasa sore tanggal 02 April 2019, saya dihubungi kembali melalui telpon, isinya wawancara sebagai salah satu dari kandidat yang terpilih. DOR! Senangnya hatiku ini. Tapi belajar dari pengalaman sebelumnya, gak mau berekspektasi dulu. Nanti potek lagi kalau gak kepilih, ya kan?
Di proses wawancara ini juga saya ngaku kalau saya mendaftar setelah deadline yang tertera pada aturan alias terlambat. Tetapi mereka menjawab, tidak ada masalah dan proses wawancara ini sudah mengakui kalau saya tetap sah dalam mengikuti kompetisi ini *langsung salto*. Di akhir wawancara, dua atau tiga hari berikutnya akan ada pengumuman, jika memang terpilih akan langsung dihubungi lebih lanjut. Jika tidak, cukup sampai disini saja.
Keikhlasan batin
Inilah babak akhir cerita saya kali ini. Di hari ketiga setelah wawancara berlangsung, tidak ada tanda-tanda kemenangan saya pada kompetisi ini. Ya, memang sejak dulu tidak pernah punya bakat menang kalau mengikuti kuis atau apapun bentuknya.
Ya sudahlah, akhirnya hati ini ikhlas, lebih ikhlas dibanding saat pendaftaran kemarin. Memang rasanya bukan rezeki kali ya. Maka niatan untuk resign kerja juga tertunda, mari melanjutkan kembali hari-hari sebagai karyawan.
Tapi, sungguhlah memang harus tertunda sebulan saja, karena tepat pukul 19.00, di hari Jumat, 05 April 2019, saya diumumkan menjadi salah satu pemenang kompetisi ini yang akan berangkat keliling Indonesia. KELILING INDONESIA, COY!
Mimpi yang saya idamkan sejak lama dan yang membawa saya memutuskan menjadi seorang Travel Blogger. Rasanya jantung mau copot saking senangnya. Saat itu juga saya mengabarkan kabar gembira kepada orang-orang yang tahu saya sedang berjuang untuk itu. Mamak tercinta, Ko Sinyo, Kak Ratri, Mbak Terry, Kak Rere, dan tak putus-putus mengucap syukur sama Tuhan yang kasih kesempatan semenakjubkan ini.
Ya, inilah pencapaian tertinggi saya sebagai Travel Blogger, usianya sudah setahun yang lalu dan masih saya banggakan hingga saat ini. Setiap saya menceritakan kembali detail runtutan peristiwa ini, sesak di dada dan poteknya hati saat pendaftaran, rasa ikhlas tanpa ekspektasi menunggu pengumuman, dan kebahagiaan saat diumumkan terpilih tidak pernah hilang saya rasakan.
Dengan kejadian ini, saya menyimpulkan benar adanya jika rezeki gak akan kemana. Mau apapun hambatan yang ada di depan mata, selama kita berusaha sampai titik darah penghabisan, Tuhan akan selalu menyertai usaha kerja keras kita.
Belajar untuk tidak berekspektasi tinggi apalagi jumawa ketika berproses dan yang terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah dukungan orang-orang di sekitarmu. Tidak terbayangkan, kalau saya tidak mendapat suntikan semangat dari mbak Terry dan kak Rere waktu itu untuk berjuang sampai akhir. Saya menyerah, padahal tetap ada kesempatan yang diberikan.
Paling terakhir yang ingin saya sampaikan pada cerita saya kali ini adalah akan ada selalu orang-orang yang tidak bisa dipuaskan. Beberapa kali saya bercerita tentang ini, nada-nada sumbang tentang tidak sahnya saya lolos seleksi menurut syarat dan ketentuan kompetisi, selalu terdengar.
Untungnya, pengakuan saya disaat proses wawancara menjadi penting, jawaban penyelenggara kompetisi di atas, dan terpilihnya saya sebagai pemenang kompetisi Amazing Journey ini membungkam mereka semua.
_________________________
Throwback Setahun Perjalanan #AmazingJourney
Setelah blog post ini, saya akan menceritakan seluruh perjalanan saya seutuhnya mengunjungi 27 dari 34 kota, berkeliling Indonesia selama 3 bulan, sesuai dengan timeframe yang sama persis. Gresik, Sidoarjo, dan Jabodetabek adalah 7 kota yang berat hati harus saya putuskan untuk tidak saya ceritakan, selain karena keterbatasan waktu saat dikunjungi, juga tidak banyak aktivitas dan dokumentasi yang saya ambil saat itu.
TIdak sendirian, saya melakukan perjalanan #AmazingJourney ini bersama salah satu pemenang lainnya bernama Geniung Amartya yang biasa dipanggil dengan Geni.
Menutup cerita ini, semoga kisah ini menjadi inspirasi, motivasi, dan sarana pelepasan rindu yang mendalam karena tertahan pandemi Corona yang mencegah kita bepergian sementara. Siapa tahu habis baca perjalanan saya ini, jadi bisa tujuan ketika bermain ke kota yang saya kunjungi juga. Sampai jumpa!
_________________________
KUY, DER!
Tukang Ngider
Ngider terus, terus ngider
Follow the journey on:
Instagram : @tukangngider
VLOG on Youtube : tukangngider
Facebook Page : Tukang Ngider
8 thoughts on “Dibalik Perjalanan #AmazingJourney”