Sejak tahun 2009, Pekalongan ditetapkan sebagai Kota Batik Dunia oleh UNESCO. Kalau begitu, rasanya gak afdol kalau gak lihat langsung proses pembatikan khas Pekalongan di Kampung Batik Kauman.
Untungnya, hotel berada persis di pusat Kota Pekalongan, untuk menuju Kampung Batik Kauman diperlukan waktu 10-15 menit berjalan kaki dari Alun-alun Pekalongan, di sinilah kampung batik tertua di Pekalongan berada.
Kampung Batik Kauman yang tertua di Pekalongan
Diklaim sebagai yang tertua karena ditemukan banyak rumah-rumah tua dan sebuah masjid jami yang sudah berdiri sejak tahun 1852. Selain Kampung Batik Kauman, ada 2 kampung batik lainnya yang ada di Kota Pekalongan, yaitu Kampung Batik Pesindon dan juga Kampung Batik Wiradesa.
Tidak sulit menemukan Kampung Batik Kauman, sebuah gapura berdiri tegak dengan jelas. Memasuki perkampungan, kita akan disambut dengan lorong mural yang cukup menghiasi mata.
Tanpa sama sekali informasi akan kemana, akhirnya kami bertanya di sebuah warung. Kemana kami bisa mengunjungi workshop yang masih memproduksi di hari Minggu yang rata-rata libur bekerja.
Akhirnya berbekal sebuah nama, kami menuju ke tempat tersebut. Bella Batik persisnya. Benar-benar seperti orang asing, kami mengetuk dan meminta izin untuk melihat proses pembatikan.
Mungkin nama pemiliknya Ibu Bella, beliau memperbolehkan kami untuk masuk ke dalam. 5 orang wanita di tengah ruangan menyapa kami, dengan 2 orang pria di sisi lain yang juga sedang bekerja.
Kelima ibu-ibu ini berbagi tugas, ada yang membatik pola, ada yang menutup pola dengan lilin lainnya, ada yang mewarnai, ada yang melumuri semua kain dengan lilin. Semua sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
Kain yang sudah terlumuri lilin, dibawa oleh salah satu bapak-bapak untuk direbus. Sebuah tungku dengan kuali besar berisi kain-kain panjang dicelupkan, tujuannya lilin yang sudah mengeras dan mencetak warna leleh dan kain bisa diproses lagi berikutnya.
Lagi, dicelup dengan warna, direndam oleh air, terus berulang hingga dibawa ke tempat penjemuran di tingkat atas.
Beberapa kain dengan motif yang sama berjajar rapi. Serapi motif yang dibatik oleh ibu-ibu yang membuat pola yang detail dan presisi sekali.
Sempat kami mengajak canda para ibu yang sangat tegang ketika kamera menyorot mereka, ya untungnya suasana kembali cair, setelah saya bilang ibu-ibu cantik sekali sedang membatik.
Bahkan gak nyangka juga ketika dipanggil ibu-ibu, karena pantasnya dipanggil mbah-mbah. Lahhh! Kemudaan bu dipanggil mbah mah. *Mungkin saya punya bakal menggoda, UHUK!*
Tapi dari sinilah saya mengerti bahwa selembar kain batik yang harganya bisa jutaan rupiah itu memang tidaklah mudah untuk dibuat.
Sudah sejak lama pun, saya terlalu tega untuk menawar harga kain tradisional dengan harga sangat murah, karena tahu betapa banyak tenaga, tetesan keringat, dan usaha banyak orang yang ada di kain tersebut.
Selain itu, biarlah harganya tetap apa adanya supaya kain-kain warisan budaya negara kita tetap berharga dan tidak murahan. Karena kalau bukan kita yang bisa menghargai, siapa lagi? Kuy, der!
Baca perjalanan saya selama di Pekalongan
Pekalongan: Kota Batik di Pesisir Utara Jawa
_________________________
Kampung Batik Kauman
Jl. Hayam Wuruk, Kauman, Kec. Pekalongan Tim., Kota Pekalongan, Jawa Tengah 51127
_________________________
KUY, DER!
Tukang Ngider
Ngider terus, terus ngider
Follow the journey on:
Instagram : @tukangngider
VLOG on Youtube : tukangngider
Facebook Page : Tukang Ngider