Bernama asli Masjid Raya Al Mashun, Masjid Raya Medan merupakan salah satu masjid tertua di Kota Medan yang berdiri sejak 110 tahun yang lalu. Masjid ini dibangun pada saat pemerintahan Kesultanan Deli dipimpin oleh Sultan Ma’mun Alrasyid Perkasa Alam.
Ngider di Kota Medan, kemana saja?
Medan: Jatuh Hati Pada Kunjungan Pertama
Hingga saat ini Masjid Raya Medan dinobatkan sebagai satu dari dua ikon Kota Medan bersama Istana Maimun yang diawal pembangunannya masjid ini bersama taman Sri Deli di sebelahnya masih menyatu dengan kompleks Istana Maimun. Keduanya menjadi bukti kehebatan Suku Melayu saat Kesultanan Deli berjaya.
Masjid ini dirancang seorang arsitek Belanda, berbentuk segi delapan simetris. Selain bangunan utama di tengah, ada 4 bangunan yang menjadi penjuru masjid, dulu masing-masing bangunan menjadi pintu masuk bagi umat yang akan salat. Sekarang, hanya satu pintu masuk utama melalui penjuru masjid yang menghadap utara.
Pakai pakaian yang sopan
Jika berkunjung ke sini dengan memakai kendaraan pribadi, seperti saya yang menyewa sepeda motor. Kita bisa parkir di area parkir di samping pintu masuk masjid, asal jangan lupa untuk kunci ganda.
Pintu masuk kawasan Masjid Raya Medan dimulai dari gerbang depan bergapura megah persis samping Jalan Sisingamangaraja. Sebelum masuk, kita diwajibkan untuk mengisi buku tamu dan memberikan sumbangan seikhlasnya untuk dana kebersihan.
Tapi, belakangan ini saya diberitahu, ternyata sumbangan tersebut adalah praktik pungli. Terlepas dari kejadian itu, semoga dananya memang digunakan sebagaimana mestinya.
Pertanyaan paling umum: Apakah seorang non Muslim boleh masuk mengunjungi? Jawabannya, tentu saja boleh. Kalau tidak boleh, tidak akan ada cerita saya foto-foto di Masjid Raya Medan ini, hoho.
Yang penting, perhatikan pakaian ketika datang ke sini, sebenarnya ke setiap tempat ibadah sih ya. Ada baiknya pakai celana panjang, untuk atasan minimal pakai kaus oblong. Kalau terlanjur memakai atasan terbuka dan/atau celana pendek, nanti akan dipinjamkan kain. Nah, apakah dipungut biaya? Saya kurang tahu persisnya.
Gabungan empat gaya arsitektur
Sama seperti ke masjid pada umumnya, sebelum masuk ke dalam masjid, segala alas kaki wajib dilepas. Ada rak khusus untuk menyimpan alas kaki yang bersebelahan dengan tempat wudhu.
Dari awal saya lihat masjid ini, jujur emang kagum sama bentuk bangunannya, penuh dengan corak dari campuran gaya bangunan Mughal dari India, Spanyol, Timur Tengah dan tidak ketinggalan identitas lokal Melayu.
Kuning dan biru jadi warna dominan, karena kuning identik dengan warna khas orang Melayu. Pintu-pintu melengkung khas ornament Spanyol, kaca patri besar warna-warni yang diimpor dari Tiongkok, marmer yang menjulang tinggi yang juga untuk dekorasi asli dari Italia dan Jerman, serta lampu gantung yang dibeli dari Perancis.
Setelah masuk ke bangunan utama masjid, ruangan dibagi menjadi dua: Ruangan salat untuk pria dan wanita. Pintu masuk utama dikhususkan untuk para pria, sedangkan untuk wanita, ada di lorong sayap kiri sebelah pintu masuk utama.
Saat terbaik datang ke Masjid Raya Medan
Ada waktu terbaik untuk datang ke sini, sudah pasti hindari waktu salat karena akan banyak orang datang. Sepengalaman kemarin, saya datang kira-kira pukul 10 pagi, langitnya cerah jadi buat foto-foto disini juga bagus cahayanya.
Katanya juga bagus kalau datang di sore hari menjelang gelap, karena latar belakang langit senja dengan tambahan lampu-lampu yang mulai dinyalakan menyorot areal masjid. Keren juga sih kalau dibayangin, bakal syahdu banget gitu.
Juga, tetap jaga sopan santun karena bukan tempat wisata umum, tapi ini adalah tempat ibadah yang dikunjungi orang untuk salat. Tetap jadi smart traveler ya.
Sudah baca keseruan kisah Dibalik Perjalanan #AmazingJourney?
_________________________
Masjid Raya Medan
Jalan Sisingamangaraja no. 61, Mesjid, Medan Kota, Kota Medan, Sumatera Utara 20156
24 jam
_________________________
KUY, DER!
Tukang Ngider
Ngider terus, terus ngider
Follow the journey on:
Instagram : @tukangngider
VLOG on Youtube : tukangngider
Facebook Page : Tukang Ngider
1 thought on “Masjid Raya Medan: Satu Gedung Empat Gaya”