EXPLORE NUSA TENGGARA

Membawa Cerita Konektivitas dari Tanah Sumbawa

Tukang Ngider - Transmate Journey Sumbawa

Ketika saya diputuskan untuk berangkat ke Sumbawa, hal yang terlintas di pikiran adalah Sumbawa ini yang mesti datang dari bandara sebelah barat lalu pulangnya yang dari sebelah timur, kan? Oh tidak! Ternyata salah kaprah ini sudah sering terjadi.

Daerah yang maksud tadi adalah Sumba. Memang sebelas dua belas, hanya perbedaan dengan tambahan ‘wa’ di belakangnya. Kalau Sumba ada di Nusa Tenggara Timur, Sumbawa yang akan saya datangi berada di Nusa Tenggara Barat.

Perjalanan saya kali ini merupakan sebuah misi bersama Kementerian Perhubungan yang dikemas dalam program Transmate Journey. Nantinya saya akan berkunjung ke pelabuhan, terminal, hingga bandara di mana setiap aktivitasnya adalah sebagai akses utama konektivitas sebuah daerah.

Ah saya belum cerita di blog ini, kalau saya tergabung sebagai seorang Transmate.

Komunitas yang dibina oleh Kementerian Perhubungan untuk menjadi partner dalam menginformasikan perkembangan isu sektor transportasi di Indonesia melalui media sosial.

Jujur saja, saya baru mencari di mana letak Sumbawa ini berada sesaat saya ditugaskan. Secara geografis, saya langsung tahu, Sumbawa adalah sebuah pulau yang bersebelahan persis dengan pulau Lombok.

Maka, sebuah tagline muncul dari pikiran saya kalau Nusa Tenggara Barat itu bukan hanya pulau Lombok saja. Karena kalau disandingkan, pulau Sumbawa justru merupakan pulau terbesar di provinsi Nusa Tenggara Barat.

Serba Perdana

Ini pertama kalinya, saya akan mengunjungi Sumbawa, tepatnya Kota Sumbawa Besar, Kabupaten Sumbawa. Pertama kalinya juga saya berpartner jalan dengan Ko Leonard Anthony, dengan blognya Cool 4 My Eyes (Leonard_C4ME).

Sebelum berangkat, kami sudah melakukan survey, perjalanan dari Jakarta ke Sumbawa Besar bisa ditempuh 2 cara: 

1. Jalur Udara, CGK-LOP-SWQ.

Hanya ada satu kali jadwal penerbangan di pagi hari. Sekitar pukul 09.00 WITA dengan maskapai penerbangan Wings Air dengan waktu tempuh 30 menit mengudara.

2. Jalur Darat-Laut, Mataram – Pelabuhan Kayangan – Pelabuhan Poto Tano – Sumbawa Besar.

Ini opsi lain yang lebih menantang, menggunakan DAMRI keberangkatan pukul 06.00 WITA atau 08.30 WITA dengan waktu tempuh selama 5-7 jam perjalanan. 

Kedua opsi ini sama-sama mengharuskan untuk transit semalam di Mataram. Dengan begitu, sudah pasti tahu kan, opsi mana yang dipilih? Tentu saja yang lebih menantang biar punya banyak kisah yang bisa diceritakan. Kami memutuskan untuk menuju Sumbawa Besar jalur darat-laut.

Perjalanan kami dimulai dari Bandara Internasional Soekarno Hatta (CGK). Walau jadwal terbang pukul 08.00 WIB, tapi kami memutuskan untuk datang 3 jam lebih awal dan benar saja menjadi sebuah keputusan yang tepat. 2 jam mengudara dan tibalah kami di Bandara Internasional Lombok (LOP).

Damri Bandara Internasional Lombok

Jarak Kota Mataram dari Bandara Internasional Lombok berkisar sekitar 30 kilometer. Dari sekian banyak pilihan transportasi untuk menuju Kota Mataram, pilihan jatuh pada bus bandara DAMRI.

Hanya dengan Rp30.000, perjalanan selama 45 menit dapat dengan nyaman kita rasakan. Ada dua pemberhentian yang bisa kita pilih, bisa di Pool Bus DAMRI Mataram (letaknya di sebelah timur kota Mataram) atau Epicentrum Mall Mataram.

Bukan cuma tujuan Mataram saja, tapi juga ada rute KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional) yang melayani ke Senggigi, Sembalun, Mandalika, dan lainnya. Semakin mudah untuk menjelajahi Pulau Lombok hanya dengan DAMRI.

Mulai dari Mataram, tujuan pertama adalah menuju Pelabuhan Kayangan, pelabuhan ujung timur di Pulau Lombok yang menjadi penghubung ke Pelabuhan Poto Tano di ujung barat Pulau Sumbawa dengan penyeberangan ferry.

Gunung Rinjani menyapa

Kedua pelabuhan ini dikelola oleh Balai Pengelola Transportasi Darat Wilayah 12 Bali-NTB yang merupakan unik pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Perhubungan melalui Direktur Jenderal Perhubungan Darat.

Setelah 2 jam perjalanan, tibalah di Pelabuhan Kayangan. Perlu diperhatikan karena pintu masuk pelabuhan sudah dibagi berdasarkan kendaraan yang dipakai. Untuk kendaraan bermotor, sudah ada gerbang khusus dengan loket tiket.

Sedangkan untuk pejalan kaki, berbeda lagi lokasi tempat pembelian tiketnya. Tiket perorangan seharga Rp17.000 dan dibayar dengan Kartu Uang Elektronik (BRIZZI/E-Money/Tap Cash).

Lengkap dengan fasilitas ruang tunggu, beberapa penjaja makanan di dalam area pelabuhan sambil menunggu waktu keberangkatan dan informasi kapal mana yang akan berangkat dari dua dermaga yang tersedia di Pelabuhan Kayangan.

Kapal yang kami tumpangi berangkat pukul 12.20 WITA, menggunakan KMP Garda Maritim 1, penyeberangan menuju Pelabuhan Poto Tano ditempuh selama paling lama 1,5 jam dengan jarak sejauh 12 mil melintasi Selat Alas.

Di atas kapal, kami bertemu dengan Kapten kapal bernama Kapten Fahmi, beliau menceritakan banyak hal terkait penyeberangan antara Lombok-Sumbawa. Jika beruntung, kami dapat melihat sekelompok lumba-lumba berenang mengikuti kapal.

Semakin mendekati pulau Sumbawa, pulau-pulau dan bukit-bukit dengan warna dominan cokelat menyambut kami. Tidak hanya itu, saya terpesona dengan pantai yang berada persis di sebelah pelabuhan Poto Tano. Pasir putih dengan gradasi air biru turquoise menggoda untuk didatangi.

Sayangnya, saat itu kami sudah harus melanjutkan perjalanan kembali selama 2 jam untuk sampai di Sumbawa Besar.

Terminal Sumer Payung

Total nyaris delapan jam perjalanan kami tempuh dari kota Mataram hingga tiba di Sumbawa Besar, tepatnya di Terminal Tipe A Sumer Payung, Sumbawa Besar. Terminal bus yang dikelola langsung oleh Kementerian Perhubungan, melalui BPTD Wilayah 12, sama seperti Pelabuhan Kayangan dan Poto Tano.

Terminal ini bisa disebut sebagai terminal lintas (shuttle), sebab letaknya berada di tengah-tengah antara kota Mataram dan kota Bima. Beroperasi selama 24 jam penuh tidak pernah berhenti.

Didirikan tahun 1996 oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa hingga 10 tahun kemudian operasionalnya diambil alih oleh Kementerian Perhubungan menjadi terminal tipe A yang melayani penumpang antar desa, antar kota, hingga antar provinsi.

Pelabuhan Badas

Tidak jauh dari Terminal bus Sumer Payung, terdapat satu-satunya pelabuhan peti kemas yang ada di Sumbawa Besar, Pelabuhan Badas namanya. Tidak heran saat melewatinya truk-truk besar membawa logistik hingga tronton berlalu lalang sepanjang jalan raya.

Pelabuhan ini beroperasi dari segi pengusahaan dikelola oleh Pelindo III dan dari segi pemerintahan ditangani oleh Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) di bawah Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.

Sama halnya saat berada di dalam pelabuhan, aktivitas sepanjang hari begitu sibuk dengan berlangsungnya bongkar muat berbagai macam komoditas. Bahkan menjauh dari dermaga, sudah banyak kapal dengan setia menunggu antrean untuk masuk dan bersandar di antara 4 dermaga yang tersedia di Pelabuhan Badas ini.

Sewaktu kami di sana, jagung menjadi komoditas logistik yang mendominasi aktivitas muat kapal saat itu. Bertanya dengan salah satu tenaga kerja bongkar muat, satu kapal dapat memuat 2000 ton kilogram jagung untuk pakan ternak dan memakan waktu hingga 3 hari lamanya.

Memang, jagung adalah komoditas unggulan daerah Sumbawa. Di bulan April sampai Agustus setiap tahunnya adalah waktu panen yang akan membuat Pelabuhan Badas akan semakin sibuk didatangi truk-truk pengangkut jagung yang akan dikirim ke seantero Indonesia bahkan dengan tujuan ekspor ke Kamboja dan Vietnam.

Di dermaga lainnya, ada kapal yang sedang dibongkar untuk menyuplai pupuk UREA yang tentu saja berguna untuk sektor pertanian di Sumbawa. Juga persis di seberang keempat dermaga, terdapat dermaga khusus kapal yang mengangkut minyak yang dioperasikan oleh Pertamina.

Tidak cuma jagung, komoditas lainnya seperti pisang, madu, perikanan hingga mutiara pun menjadi unggulan Sumbawa, yang menjadikan pelabuhan Badas sebagai gerbang utama perekonomian pulau Sumbawa.  

Bandara Sultan Muhammad Kaharuddin III

Jika kedatangan ke Sumbawa dilakukan melalui jalur darat-laut, maka kepulangan kembali ke Jakarta, kami putuskan melalui jalur udara. Di Sumbawa Besar, terdapat satu bandara yang menjadi andalan masyarakat di Kabupaten Sumbawa, Bandara Sultan Muhammad Kaharuddin III.

Bandara ini dikelola oleh UPT Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, termasuk bandara kelas 3 dengan panjang runway 1650 meter.

Letaknya persis di tengah kota, dengan runway yang dapat dilihat sepanjang jalan dan panorama pemandangannya benar-benar cantik, tidak bosan untuk dipandang seharian.

Tapi tahukah kalian? Sebuah bandara boleh dibuka untuk kedatangan sebuah pesawat, apabila terdapat tim Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK).

Lebih jelasnya lagi, jika saja mobil pemadam kebakaran saat itu hanya satu-satunya dan rusak. Maka operasional bandara harus segera ditutup, dikarenakan syarat mutlak dalam peraturan ICAO (international Civil Aviation Organization).

Tidak hanya petugas pemadam kebakaran yang penting dalam sebuah bandara. Ada juga Apron Movement Control (AMC), penanggungjawab kegiatan pelayanan operasi penerbangan. Selain itu AMC adalah petugas yang mengawasi pergerakan pesawat udara, lalu lintas kendaraan, orang, barang, kebersihan pada sisi udara, hingga pencatatan data penerbangan dan pelaporan tugas.

Jika ada orang yang hilir mudik atau bahkan ada yang menyapu sekitaran apron dan landasan, itulah tugas dan tanggung jawab mereka sebagai AMC demi aspek keselamatan dan keamanan bersama.

Saatnya pulang!

Inilah cerita perjalanan mengunjungi Sumbawa Besar, mulai dari jalur darat, laut, hingga udara sudah diarungi. Memang selalu tidak akan pernah puas hanya singgah dalam beberapa hari saja. Rasanya masih kurang karena belum semua tempat bisa dikunjungi.

Apakah hanya ini tempat-tempat yang didatangi selama di Sumbawa Besar? Tentu saja tidak, akan ada cerita lain dari sini yang akan segera saya ceritakan selanjutnya. Tunggu dan salam dari Sumbawa Besar!

_________________________

KUY, DER!
Tukang Ngider
Ngider terus, terus ngider

Follow the journey on:
Instagram :
 @tukangngider
VLOG on Youtube :
 tukangngider
Facebook Page :
 Tukang Ngider

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.