Tempat mana yang eksis di Jakarta yang belum pernah saya kunjungi seumur hidup saya? Bukan Ancol atau Dufan, melainkan Taman Ismail Marzuki.
Pernah satu kali sebagai kesempatan “pertama dan terakhir”, saya datang ke sana, alasannya adalah planetarium. Sayangnya, kali itu kehabisan kuota pengunjung dan batal menjelajahi karena terlanjur kecewa.
Sungguh sebuah keinginan yang belum terwujud sampai sekarang untuk menikmati wahana planetarium ditambah lagi dengan adanya program revitalisasi Taman Ismail Marzuki yang mulai berlangsung sejak 3 Juli 2019 lalu.
Pusat Kesenian dan Kebudayaan Jakarta
Berdiri 10 November 1968, Taman Ismail Marzuki diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin sebagai Pusat Kesenian Jakarta, wadah bagi seniman menunjukkan karya-karyanya.
Dengan tidak berfungsi secara maksimalnya berbagai fasilitas yang sudah 50 tahun (2018) berdiri, maka Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta menjalankan program revitalisasi untuk mengembalikan fungsi Pusat Kebudayaan sebagaimana mestinya.
Wajah Baru Taman Ismail Marzuki
Setelah berjalan 2 tahun, Taman Ismail Marzuki memasuki tahap akhir penyelesaian revitalisasi. Nah, sebuah kabar gembira, Unit Pengelola Pusat Kesenian Jakarta (UPPK TIM) bersama dengan PT. Jakarta Propertindo atau dikenal dengan Jakpro, membuka kesempatan untuk kunjungan terbatas public ke Taman Ismail Marzuki.
Kesempatan berharga ini sekaligus menjadi pertama kalinya saya mengunjungi Taman Ismail Marzuki dengan lebih serius. Dengan agenda melihat pelaksanaan proyek revitalisasi maupun renovasi berbagai bangunan yang ada di dalam kawasan Taman Ismail Marzuki dengan wajah baru!
Kalau ditanya planetarium masih ada? Tentu saja ada! Secara Gedung tersebut adalah cagar budaya, sudah otomatis letak bangunannya tidak diubah sama sekali, juga Gedung Teater yang masih menjulang di antara pembangunan.
Perubahan terjadi pada Masjid Amir Hamzah yang sekarang lebih modern, dengan pelataran masjid yang dikelilingi oleh ruang terbuka hijau yang semakin diperbanyak dan akan kita jumpai di sini. Ruang terbuka hijau lainnya adalah taman yang berada di atas gedung parkir kendaraan.
Ada juga Gedung baru yang hadir di kawasan seluas 8 hektar ini, dengan terinspirasi oleh bentuk kapal phinisi, Gedung Panjang dihias dengan penggambaran not balok lagu “Rayuan Pulau Kelapa” ciptaan Ismail Marzuki pada fasad bangunannya.
Terdapat 14 lantai yang memiliki peruntukkan, sebagai berikut:
- Lantai 1-3, sebagai ruang publik
- Lantai 4-7, Perpustakaan Daerah, Coworking space, dan Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin
- Lantai 8-12, Wisma seni bagi para seniman yang menggelar pagelaran seni di TIM
- Lantai 12-14, Kantor Dewan Kesenian Jakarta dan Ruang Diskusi Komite Seni
Naik Panggung di Gedung Teater
Ah, sampai lupa kalau saya bersama teman-teman lainnya mengunjungi Gedung teater yang sudah sekian banyak pertunjukkan hebat terselenggara juga di sini. Panggung dan segala isinya tetap sama, menunggu segera kembalinya keriuhan tercipta di sini.
Walau begitu, segala aktivitas yang terselenggara di Gedung teater ini, sebelumnya sudah dikurasi terlebih dahulu oleh UPPKJ TIM, karena tidak sembarangan acara dapat dilangsungkan di sini.
Bagi yang belum tahu, terdapat 2 teater yang ada di Taman Ismail Marzuki ini, Teater Besar dengan kapasitas 1200 orang dan Teater Kecil yang memuat 240 orang. Dengan fasilitas yang mumpuni di dalamnya.
Segera hadir kembali!
Jika sesuai rencana, diharapkan Taman Ismail Marzuki dapat kembali beroperasi pada bulan Februari 2022 mendatang. Juga digadang-gadang sebagai Creative Hub-nya di Jakarta dan Simpul Ekosistem Kebudayaan, keren kan?
_________________________
KUY, DER!
Tukang Ngider
Ngider terus, terus ngider
Follow the journey on:
Instagram : @tukangngider
VLOG on Youtube : tukangngider
Facebook Page : Tukang Ngider