Jam makan siang sudah terlewat selama penerbangan dari Palembang menuju Bandar Lampung. Roti dan snack tidak bisa memuaskan perut yang memang harusnya diisi sesuatu makanan yang lebih berat. Diputuskanlah untuk menuju Mie Khodon, kuliner legendaris yang ada di Bandar Lampung.
Mie Khodon begitu populer di seantero Bandar Lampung, letaknya di Teluk Betung, tapi orang rela untuk datang dan menikmati lezatnya mie yang sampai hari ini sudah dikelola oleh generasi ketiga.
Dipikul berkeliling
Memulai usaha di tahun 1960, Pak Khodon, begitu sebutannya, berjualan dengan memikul jualannya berkeliling di sekitaran Teluk Betung. Sejak dulu, memang yang dijual adalah olahan mie seperti bakmi godog Jawa.
Spesialnya Mie Khodon adalah mie basahnya yang dibuat sendiri menggunakan tangan tanpa diberikan bahan tambahan apapun termasuk pengawet. Ukuran mienya tergolong besar untuk di Sumatera, persis seperti ukuran untuk mie Aceh atau bakmi di Pulau Jawa.
Menu yang dijajakan hanyalah mie goreng, mie nyemek, mie kuah, dan pilihan lain seperti bihun. Kalau sudah disuruh memilih, saya memasuki waktu bagian galau. Selalu bimbang antara mie goreng dengan mie nyemek.
Tapi ya sudah, saya memesan mie goreng, biasanya jadi pilihan dasar untuk tahu rasa keseluruhan. Kalau mie gorengnya udah enak, biasanya rasa pilihan lainnya akan enak juga. Dih kata siapa sih, Ndrew?
Proses masaknya tergolong cepat, baru sebentar duduk, pesanan sudah datang di depan mata. Belum sempat ambil foto dan video, sudah harus dipaksa makan dulu. Tapi gak apa deh, biar lebih nyaman cicipinnya.
Dari tadi saya bilang kalau Mie Khodon itu mirip bakmi Jawa, memang hasilnya persis mirip. Untuk urusan rasa, menurut saya Mie Khodon punya perbedaan rasa yang jauh lebih nendang.
Sudah di generasi ketiga
Ternyata, bumbu yang dipakai menggunakan tambahan ebi atau udang kering yang membuat hasil masakannya lebih harum dan gurih. Baru saja diangkat dari kuali, wanginya sudah melanglangbuana.
Membaca review di beberapa tempat, banyak orang yang mengeluhkan rasanya yang terlalu manis, karena bagi orang Sumatera sudah terbiasa dengan masakan yang cenderung lebih asin dan pedas. Tapi, tidak mengurangi kelezatan Mie Khodon sih, karena sang juru masak fleksibel untuk special request pembeli.
Setelah selesai makan, saatnya beraksi untuk melihat proses pengolahan di sekitar juru masak. Beliau adalah Pak Subarno, cucu dari Pak Khodon yang turun termurun meneruskan bisnisnya.
Walau agak sibuk, Pak Subarno beserta istri tidak berhenti tersenyum dan mau meladeni pertanyaan saya. Dari mulai yang basa basi sampai serius sekalipun dijawab tanpa ragu-ragu.
Melihat cara kerja beliau di depan tungku, tidak mengherankan kalau pesanan cepat diselesaikan. Beliau memasak terus tanpa henti selama ada pengunjung yang datang.
Bahan-bahan yang ada di gerobak semuanya terlihat segar dan memang menggugah selera, apalagi setelah matang, asap mengebul dengan mie beserta limpahan sayuran yang dituang ke piring ataupun mangkuk.
Gak heran kalau Mie Khodon sepopuler itu karena rasanya juga enak. Kalau mau ke sini, datanglah sesiang mungkin, kalau lagi apes, sebelum jam tutupnya bisa saja mie sudah habis dan tutup lebih awal.
Lagi-lagi urusan selera itu subyektif, mungkin kata saya enak, tapi lain cerita dengan mulut kalian. Kalau punya pendapat lain, kolom komentar terbuka lebar untuk berdiskusi. Kuy, der!
Ke Bandar Lampung, ke mana saja? Baca di
Bandar Lampung: Nama Sebelumnya Panjang!
______________________________
Mie Khodon
Jalan Ikan Bawal No. 22, Pesawahan, Kec. Telukbetung Selatan, Kota Bandar Lampung,
Lampung 35221
13.00 – 19.00
Minggu Tutup
HALAL
_________________________
KUY, DER!
Tukang Ngider
Ngider terus, terus ngider
Follow the journey on:
Instagram : @tukangngider
VLOG on Youtube : tukangngider
Facebook Page : Tukang Ngider
1 thought on “Mie Khodon: Mie Legendaris di Bandar Lampung”