Mana katanya perjalanan yang nyaris 300 kilometer itu? Kok di Kota Padang tapi bisa 300 kilometer? Ya dari sini bermula perjalanannya. Ngarai Sianok adalah pembuka perjalanan panjang saya.
Sementara meninggalkan Kota Padang, kami menuju Kota Bukittinggi, sebuah kota wisata yang jaraknya sekitar 92 kilometer dari Kota Padang, kira-kira kalau naik mobil memakan waktu sekitar 2 jam 45 menit.
Tentu saja kami tidak naik mobil, tapi berbekal motor matic sewaan dengan bensin full tank, kami memulai perjalanan sejak pukul 6 pagi dari hotel.
Disuguhkan pemandangan yang spektakuler
Medan perjalanan sebenarnya tidak sulit, dari Kota Padang cukup ikuti Jalan Bypass Padang-Bukittinggi. Ternyata dalam perjalanan ke Bukittinggi, kita akan melewati 4 wilayah kota/kabupaten yang berbeda, yaitu Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Padang Panjang.
Perjalanan akan mulai mengesankan saat memasuki kaki Gunung Singgalang antara perbatasan Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten Tanah Datar. Tahu dong ada sebuah air terjun di pinggir jalan raya? Tepat di samping atasnya ada jalur kereta api aktif.
Tidak sampai di air terjun itu saja, jalanan utama itu berada di sebuah tebing berbatasan dengan sebuah sungai dan wilayah Taman Nasional Kerinci. Wah, gila sih, sinar matahari pagi yang sebagus itu, menyinari kabut dengan latar belakang pepohonan. Salah satu pemandangan yang terbaik yang pernah saya ingat.
Sayang seribu sayang, walau seindah itu, tidak ada satupun dari kami yang mengdokumentasikan. Biarlah mata dan otak ini yang menyimpan keindahan itu. SA AE LAH.
Ngarai Sianok
3 jam perjalanan untuk sampai di Ngarai Sianok. Sebuah lembah jurang yang berdiri di patahan Semangko, menjadi perbatasan antara Kota Bukittinggi dengan Kabupaten Agam di sebelah barat.
Membentang sejauh 15 kilometer, memiliki ketinggian hingga 100 meter, dan lebar 200 meter. Di tengah-tengah ngarai mengalir sebuah sungai bernama Sungai Batang Sianok.
Ada beberapa pilihan untuk menikmati keindahan Ngarai Sianok, bisa melihat dari ketinggian dan kejauhan, atau seperti saya yang langsung menuju salah satu dasar lembah.
Sejauh mata memandang, tetumbuhan hijau tumbuh liar di sepanjang sungai dan pada dinding-dinding tebing. Dari bawah ngarai, saya penasaran bagaimana orang bisa melihat ngarai dari atas dengan background hamparan sawah.
Bertanya kepada orang sekitar, kami diberitahu ada sawah persis di atas. Kami kembali memacu motor kami dan mencari dimana letak sawah itu. Persis setelah melewati Goa Jepang, di sebelah kiri.
Untungnya, sawah itu sudah mulai tumbuh, padi-padi muda terlihat berisi. Dari kejauhan, ada seperti rumah gadang dan beberapa orang petani yang sedang menyiangi sawah. Semakin dekat dengan rumah gadang itu, ternyata setelah dicari tahu adalah sebuah vila yang memang bangunannya dibuat seperti rumah gadang.
Sambil beristirahat, saya mengobrol dengan ibu-ibu petani yang juga sedang beristirahat. Ngobrol ngalor ngidul, sampai mereka kembali bekerja. Kami melanjutkan mengambil foto-foto dan video.
Ada baiknya buat datang ke sini sebelum pukul 11 siang. Semakin pagi, semakin nyaman untuk menikmati Ngarai Sianok. Kalau beruntung, ya bisa bertemu dengan para petani yang sedang bekerja di sawah.
Kemana saja saya selama berada di Padang? Baca selengkapnya di
Padang: Perjalanan Nyaris 300 Kilometer
______________________________
Ngarai Sianok
Jalan Binuang, Sianok Anam Suku, Koto Ampat, Kabupaten Agam
Sumatera Barat 26181
_________________________
KUY, DER!
Tukang Ngider
Ngider terus, terus ngider
Follow the journey on:
Instagram : @tukangngider
VLOG on Youtube : tukangngider
Facebook Page : Tukang Ngider
1 thought on “Ngarai Sianok: Berada di Lembah Jurang”