Ini dia lanjutan cerita saat saya berada di Kawasan Pantai Sari Ringgung. Sebelum pulang kembali, kami melanjutkan perjalanan ke sebuah pantai yang cuma ada beberapa jam saja, selanjutnya pantai itu hilang tertutup air laut. Pantai Pasir Timbul.
Sebenarnya, fenomena pasir timbul dalam ilmu geologi bernama Gosong Pasir. Sebuah daratan yang terbentuk dari hasil ombak menghanyutkan material pasir yang berasal dari pantai terdekat. Pasir tersebut akan mengikuti arus ombak dan seiring berjalannya waktu terjadilah sedimentasi (penumpukan) pasir yang menghasilkan gosong.
Gosong pasir ini akan muncul saat air surut dan akan tertutup lagi oleh air laut saat pasang. Tergantung seberapa tingginya gosong tersebut, kalau memang di atas permukaan laut, tentu akan tetap kering.
Jarak dari Pulau Telaga Mas ke Pantai Pasir Timbul hanyalah berkisar 5-10 menit, dari kejauhan ada terlihat sebuah bangunan berdiri di tengah-tengah lautan. Sesampainya di dermaga, hamparan gosong cukup luas besarnya.
Oh ya, ada biaya retribusi saat berkunjung kemari, seingat saya per orang Rp. 10.000 deh, hitung-hitung untuk biaya pembangunan sarana di sana yang sudah terlihat jelas bentuknya, ikhlas deh.
Tidak hanya pasir kosong
Sejauh mata memandang, terbentang pasir putih yang empuk dan halus saat diinjak, dari kejauhan ada beberapa orang yang mungkin sedang mencari ikan atau mungkin kerang atau kepiting. Memang banyak hewan laut yang muncul di sekitaran gosong.
Di pantai pasir timbul ini mulai banyak yang bisa dilihat, selain gosong, ada penangkaran ikan yang dulunya untuk hiu tapi karena lepas kembali ke lautan, jadinya hanya ikan-ikan laut, dan kadang kepiting maupun lobster.
Saung-saung yang akan penuh terisi di kala hari libur, pengunjung pantai pasir timbul ini juga gak main-main ramainya. Memang indah, seperti pantai milik sendiri kalau sedang kosong, ditambah kalau siang hari pasti warna sekitaran akan lebih biru karena bias cahaya.
Nah karena kami sampai di sana sekitar pukul 4 sore lebih, ketinggian air sudah mulai kembali lagi, jadi ada baiknya kalau mau menikmati lebih luas lagi pantai ini, datangnya lebih awal, karena surutnya cukup jauh. Semakin sore, semakin pasang air lautnya.
Biar tidak kemalaman di perjalanan menuju Bandar Lampung, saatnya kembali ke daratan. Kami meninggalkan Pantai Pasir Timbul dengan harapan bisa kembali lagi suatu saat nanti menikmati saat-saat air surut lebih jauh.
Bayar Rp. 150.000 untuk perjalanan laut tidaklah menyesal. Malah jadi pengalaman baru buat saya yang kalau ditukar dengan uang bisa lebih mahal lagi. Setuju?
See you, Sumatera
Terima kasih yang sudah setia membaca artikel blog saya yang tiap hari saya bombardir notifikasinya karena unggahan terbaru, dipastikan spam emailnya karena cerita yang berfaedah kok tiap harinya.
Well, perjalanan saya di Pulau Sumatera resmi berakhir setelah artikel ini. Tapi, tenang, masih terus berjalan kok secara ini masih kota keenam dari 34 kota yang menunggu untuk diceritakan. Kalau begitu, sampai jumpa di artikel selanjutnya ya. Kuy, der!
Kemana saja saya selama di Kota Bandar Lampung? Baca selengkapnya di
Bandar Lampung: Nama Sebelumnya Panjang!
______________________________
Pantai Pasir Timbul
Laut Jawa, Padang Cermin, Kota Bandar Lampung, Lampung 35451
_________________________
KUY, DER!
Tukang Ngider
Ngider terus, terus ngider
Follow the journey on:
Instagram : @tukangngider
VLOG on Youtube : tukangngider
Facebook Page : Tukang Ngider