Lagi punya kerinduan buat celoteh, bercerita tentang pengalaman saya yang selama hampir 3 tahun ini menjadi Travel Blogger. Banyak celetukan, “Andrew sekarang enak ya, jalan-jalan terus.” “Wah, Andrew udah ngejalanin mimpinya.”. Puji Tuhan! Saya bersyukur dengan apa yang bisa saya nikmatin walau tetep ada perih juga.
Ya secara garis besar postingan ini bakal cerita suka dukanya menjadi seorang blogger yang memulai dari nol lalu bertahan sampai sekarang.
Saya ingat banget, Tukang Ngider itu saya buat akun Instagramnya pada 22 April 2016, di kala itu saya memutuskan untuk resign dari tempat kerja saya yang pertama. Saya memutuskan untuk menjelajahi kota Yogyakarta seorang diri.
Meski akhirnya saya mengajak teman saya yang berkuliah di sana. Dari situ juga saya dengan penuh niat memulai perjalanan blog Tukang Ngider ini jadi lebih update secara rutin dan menjadi pelabuhan terakhir saya untuk bisa mengurus blog dengan baik.
Karena dulu, saya sering banget bikin blog, tapi lupa lah password, udah bosen lah nulis di salah satu blog. Kalau dihitung-hitung, ada kali 6 blog yang sekarang jadi memori “kelam” gak dipake.
JADI TUKANG NGIDER ATAU TUKANG MAKAN?
Dari awalnya Tukang Ngider saya fokuskan untuk kearah jelajah alias jalan-jalan alias travel banget, sempat terhenti karena kerja, jadi buat jalan-jalan juga susah. Akhirnya mikir, lebih spesifik dulu saja ke makanan. Karena makan juga butuh jalan kan? Dan saya baca kalau Makanan ya masuk dalam ranah Travel. Berarti ya gak menyimpanglah ya. Setidaknya gak jadi salah satu korban blog gak jelas saya.
Interest saya adalah menjelajahi tempat-tempat baru yang belum pernah saya kunjungi dalam hidup saya. Mau sampai masuk hutan, jalan berpuluh-puluh kilometer, harus naik beratus-ratus tangga pun saya jabanin. Apalagi urusan perut ya, di tempat yang baru, saya paling anti sama makan di kafe atau restoran yang mainstream. Kalau gak pengen-pengen amat pasti gak akan mampir.
Saya sangat suka mencoba makanan khas daerah yang dikunjungi, bisa saja makanan tersebut tidak saya temukan di kota kelahiran atau domisili saya. Tapi kalau pun ada, setidaknya saya bisa tahu rasa otentik makanan tersebut. Mencicipi makanan lokal, juga membuat saya makin menghargai kekayaan kuliner nusantara serta lebih bisa beradaptasi dari tempat asalnya..
LEBIH SENANG PANTAI, KOTA ATAU GUNUNG?
Ini pertanyaan yang selalu ditanyakan kepada saya, kalau ditanya tentu saya akan menjawab lebih suka menjelajahi kota lalu pantai baru terakhir gunung.
Kebanyakan Travel Blogger itu memulai niatnya karena ketagihan naik Gunung. Kalau saya justru kebalikannya. Walau tetap bisa naik gunung dan masih punya niat untuk bisa summit di beberapa Gunung. Tapi tidak sampai seambisi itu kok.
Kota dan pantai bagi saya paling mudah untuk disambangi, ketimbang gunung. Persiapan untuk menjelajahi kota atau pantai relatif lebih mudah.
TRAVELING GAK SELALU ENAK
Kalau bilang jalan-jalan itu selalu enak, ya enggak juga sih. Dari sekian banyak tempat yang pernah saya kunjungi, ada beberapa yang akhirnya bikin gak puas. Seperti datang ke sebuah tempat makan yang dipuji-puji karena kelezatannya. Eh pas udah coba, malah berakhir zonk.
Artinya biasa aja, bahkan di dekat rumah ada yang lebih enak. Itu soal rasa, ada juga soal harga. Pernah sekali saya dipatok harga yang mahal untuk sekali makan. Gak terlalu mahal amat sih, tapi rasanya kok orang cari rezeki begitu amat sih? Iya gak?
Kalau urusan destinasi, saya pasti memilah mana yang akan dikunjungi mana yang tidak. Sumber-sumber dari Google dan Instagram pasti saya simpan untuk bucket list saya.
Sayangnya, tempat-tempat yang kelihatan bagus di Instagram. TERNYATA! Udah hasil editan dan berakhir kecewa. Kecewa karena tidak sesuai ekspektasi, kecewa karena jarak sudah jauh ditempuh tapi dapetnya gak jelas.
PERIH! Rasanya perih kayak luka dikasih obat merah. Kebayang gak tuh rasanya bikin kesel. Tapi ngomongin tentang perih. Saya juga punya pengalaman ketika lagi jalan-jalan, semuanya berjalan sempurna sesuai dengan itinerary, tapi…
SAYA TERJATUH!
Oleh-oleh perjalanan gak melulu berupa souvenir, luka juga termasuk loh. Di pantai, kaki pernah kena batu karang tajam. Alhasil, luka kena air laut yang asin, perihnya bukan main.
Main di gunung? Gak usah ditanya lah, kena ranting atau jauh terjerembab karena lagi turun gunung. Licin karena pasir dan tanah basah. Ada juga luka di sekujur tubuh.
Di kota? Jangan mikir gak bakal ada apa-apa. Pernah abis pulang dari gereja terus naik ojek online. Jalanan ada tumpahan oli, kebayang gak tuh licin dan jatuh dari motor? Udah pakai celana panjang, lutut tetep terluka dan berdarah.
Perihnya bukan main. Walau sedia obat untuk antisipasi luka kayak begitu. Kebayang kan sakitnya kalau abis luka terus kena obat merah yang pedesnya bukan main? Rasanya pengen copot aja itu kaki atau tangan biar gak perih.
GAK SELAMANYA GAK ENAK, SIH…
Tentu ada aja pengalaman yang gak enak, tapi pasti lebih banyak pengalaman seru dari setiap perjalanan saya. Bahkan kita bisa tahu apakah orang yang pergi bareng kita itu peduli gak sih sama kita?
Contohnya, saya ambil kejadian pas lagi luka terjatuh. Tahu saya takut sama perihnya obat merah, saya dibawakan obat spray antiseptik #GakPakePerih dari Hansaplast.
Kebayang gak tuh, tinggal disemprot di luka. Udah kebayang perihnya, tapi malah kagak kerasa apa-apa. Kayak disiram air aja. Gak ada bau, gak ada warna, gak berapa lama luka kering aja. Ajaib kan?
Gak ribet juga, bentuknya handy banget, tinggal masukin tas kecil aja udah bisa dibawa kemana-mana. Gak perlu takut lagi kalau luka jadi perih.
ENAK YA DREW, MAINNYA DIBAYARIN MULU
ENAK AJA! Siapa bilang setiap perjalanan saya dibayarin? Puji Tuhannya memang yang namanya rejeki yah ada aja yang ngajak jalan (dan dibayarin hehehe!) Tapi saat awal saya memulai Tukang Ngider, biaya perjalanan diambil dari saku saya sendiri loh.
Semua jerih payah saat ngumpulin uang buat jalan-jalan, terbayar dengan kepuasan setelah traveling! Persis kayak luka diobatin pake Hansaplast Spray Antiseptik: gak berasa hehehe…
JADI UDAH MENGHIDUPI MIMPI SEBAGAI TUKANG NGIDER BELUM?
Sejujurnya, belum. Mimpi saya adalah saya bebas menjelajahi Indonesia dengan keadaan bebas financial dan waktu. Uang gak habis walau dipake jalan, waktunya dipake buat ngider terus. Mustahil? Gak ada yang mustahil kalau kita berusaha dan berdoa.
Saya selalu percaya apa yang sedang saya jalani sekarang, Tuhan itu mempersiapkan apa yang terbaik untuk bisa kita hadapi kedepannya.
Jangan takut bermimpi aja, hidupi mimpi walau gak semua mimpi bisa diwujudkan mulus sesuai apa yang kita mau. Tapi setidaknya jalani dan nikmati.
Hampir 3 tahun di dunia perbloggeran, saya bertemu banyak orang baru yang menginspirasi. Dari yang gak kenal jaim-jaiman, sampai punya teman main buat kulineran kemana-mana. Sungguh menjadi berkat bagi saya.
Semua kata-kata di atas bukan sebagai pemanis aja kok. Tapi, itu semua apa yang saya rasakan. Menjadi Tukang Ngider rasanya mendewasakan saya juga untuk bisa berpikir lebih baik.
_________________________
Cukup sekian dulu celotehnya kali ini, kalau saya kesambet lagi nanti kita sharing lagi ya! Kuy, der!
_________________________
KUY, DER!
Tukang Ngider
Ngider terus, terus ngider.
VLOG on YouTube : Tukang Ngider
Instagram: @tukangngider
Facebook Page : Tukang Ngider
Wah kebayang banget suka dukanya. Dan dunia perbloggeran itu memang menarik adanya. Aku pun bersyukur kembali terjun ke sini setelah dulu sempat vakum, meski dulu blog gado-gado sih.
Semoga tercapai cita dan impiannya Ndrew! Terus berbagi, terus menginspirasi.
Aminn! Makasih ya mas. Tetap semangat juga yes