Mendengar kue putu, apa sih yang langsung terbayang sama kalian? Biasanya hijau, kelapa, gula merah, bunyi siulan, ada lagi?
Cerita ini adalah kelanjutan dari:
Kawasan Tempat Kuliner Malam Medan: Jalan Semarang – Jalan Selat Panjang
Nah, bagaimana kalau seandainya saya ceritakan kalau sebuah kue putu itu berwarna putih? Sini-sini saya kenalin sama kue putu bambu, salah satu kue tradisional khas Medan.
Bicara soal kue putu, memang untuk orang-orang yang tinggal di Pulau Jawa, biasanya bakal mengenal kalau kue putu itu berwarna hijau. Ada tambahan pewarna hijau, entah yang alami dari daun suji dan pandan, atau dengan essence.
Tapi tidak di daerah Medan dan sekitarnya. Di sini disebutnya dengan nama kue putu bambu. Perbedaan yang paling mencolok ada di urusan warna, tidak ada yang hijau melainkan hanya berwarna putih dan terletak pada ukurannya.
Awal mula saya bertemu dengan kue putu bambu, sesaat setelah saya menikmati Martabak Piring Murni yang sudah saya ceritakan sebelumnya.
Iya persis di sebelahnya, Martabak Piring Murni: Martabak Tipis Garing
Sebuah gerobak dan seorang bapak yang sibuk memarut kelapa sebegitu banyaknya yang bikin fokus saya berubah haluan.
Tentu saja si Tukang Ngider ini keponya tingkat tinggi, gak bisa duduk diem. Akhirnya saya mendekat dan mencari tahu apa sih yang dijual di toko sebelah. Film kali ah.
Kue jajanan pasar tradisional khas Medan
Beberapa selongsong pendek dari bambu dan bunyi siulan uap yang keluar dari sebuah kotak kaleng sudah bisa bikin saya nebak. Bahkan sebelum sampai gerobaknya, saya sudah tahu beliau menjual kue putu.
Melihat langsung proses pembuatan kue putu bambu, sebenarnya dari bahan dasar tetap sama, tepung beras, kelapa parut dan irisan gula merah. Cara pengisian ke setiap selongsong bambu juga sama, diisi dulu seperempatnya, dikasih irisan gula merah, diisi lagi adonan tepung beras kering hingga penuh.
Anehnya, ketika selongsong bambu ditaruh di atas kotak kaleng untuk dimasak, gak kedengeran bunyi siulan khas yang biasanya kita dengar. Ada kemungkinan karena ukuran selongsong tadi, jadi menutupi lubang sepenuhnya.
Memang, selongsong bambu yang dipakai diameternya lebih besar ketimbang yang dipakai di Pulau Jawa. Mungkin ukuran pohon bambu di Medan besar-besar kali ya?
Nikmati selagi hangat
Setelah jadi, ini yang membedakan kue putu bambu khas Medan dengan kue putu di Pulau Jawa. Kue putu bambu disajikan dengan parutan kelapa dan ditambahkan gula pasir.
Walau ada dobel gula, yang pertama di dalam kue putunya, yang kedua jadi topping, tapi gak kerasa kemanisan loh. Pasti pengaruh parutan kelapa dan juga ada kekuatan dari garam yang dicampur dalam adonan tepung beras kering.
Iya, kalau sebuah adonan kue diberikan sejumput garam, rasa asin yang menyatu dengan gula akan membentuk sebuah rasa gurih. Tapi bukan gurih masakan pada umumnya ya.
Untuk pertama kalinya juga, menikmati kue putu bambu khas Medan langsung dari asalnya bahkan panas-panas baru diangkat. Gimana saya gak cinta sama kuliner Indonesia yang super duper banyaknya.
Eh iya, pokoknya jangan kelewatan kalau lagi cari makan di kawasan kuliner malam Jalan Semarang dan Jalan Selat Panjang Medan, bersebelahan banget sama Martabak Piring Murni, kalian mesti cobain langsung betapa endeusnya kue putu bambu Medan ini, yes!
Kalau udah cobain, kasih tahu pendapat kalian tentang kue putu bambu Medan di kolom komentar yes! Bandingin sama kue putu di Pulau Jawa, enakan mana kata kalian? Kuy, der!
Kemana saja selama saya di Kota Medan? Lihat selengkapnya di
Medan: Jatuh Hati Pada Kunjungan Pertama
______________________________
Putu Bambu Selat Panjang
Jalan Tjong Yong Hian (Simpang Selat Panjang), Pasar Baru, Medan Kota, Kota Medan,
Sumatera Utara 20159
18.00 – 23.30
HALAL
______________________________
KUY, DER!
Tukang Ngider
Ngider terus, terus ngider
Follow the journey on:
Instagram : @tukangngider
VLOG on Youtube : tukangngider
Facebook Page : Tukang Ngider
1 thought on “Putu Bambu Selat Panjang: Beda Dengan Di Pulau Jawa”