Kalau bukan karena perjalanan #AmazingJourney, mungkin saya sampai hari ini belum pernah menginjakkan kaki sekalipun ke sini. Kampung Cai Ranca Upas, sebuah area bumi perkemahan yang jadi tempat favorit untuk berkemah santai.
Letaknya 50 kilometer jauhnya dari pusat Kota Bandung, memakan waktu kira-kira 2 jam membelah lalu lintas sepanjang Kota dan Kabupaten Bandung. Tapi, sejak adanya jalan tol Soroja (Soreang-Pasir Koja), jarak tempuh untuk sampai ke sini bisa berkurang hingga 1 jam lamanya.
Saya lebih sering tahu Ranca Upas ini jadi lokasi foto prewedding saat saya bekerja sebagai tim marketing di salah satu vendor wedding photography, karena pemandangan sunrisenya yang spektakuler.
Maka berbekal informasi dan pengalaman itu, berangkatlah kami pukul empat pagi dengan naik motor dari hotel di Jalan Cihampelas.
Saran saya, pakai atasan yang berlapis dan jangan pakai celana selapis saja. Sungguh menusuk dinginnya apalagi sudah mulai naik ke arah Ciwidey.
Asal Usul Ranca Upas
Ranca Upas adalah sebuah area bumi perkemahan yang dikelola oleh Perhutani, perusahaan BUMN yang mengelola hutan di seluruh Indonesia. Dulunya, Ranca Upas ini adalah sebuah hutan belantara dengan rawa-rawa luas.
Asal mula nama Ranca Upas berawal dari sebuah cerita legenda yang dari seorang pegawai Perhutani bernama Upas yang merupakan seorang Belanda dengan berbadan besar dan kekar yang tingginya nyaris 2 meter.
Saat bertugas melakukan ekspedisi menjelajahi rawa-rawa (ranca), ia dinyatakan hilang dan meninggal. Tetapi, hingga saat ini tidak ditemukan jenazahnya.
Setelah hutan di kawasan Gunung Patuha ini dinyatakan bebas dari hewan buas, oleh Perhutani, kawasan Ranca Upas seluas 215 hektar dijadikan sebagai hutan lindung. Di tahun 1991, dibuka lahan untuk dijadikan bumi perkemahan yang dikenal hingga saat ini.
Pemandangan matahari terbit
Kami sampai nyaris pukul 5.30 pagi, langit masih gelap ketika sampai di pos masuk Ranca Upas. Dikenakan tiket masuk sebesar Rp. 20.000 per orang dan Rp. 10.000 untuk parkir motor. Harganya transparan diberikan bukti berbentuk struk pembayaran.
Barulah saat sampai di parkiran motor, langit mulai membiru. Tidak pake lama, kami langsung bergegas masuk ke dalam area perkemahan untuk survey tempat terlebih dahulu.
Langit semakin terang, kami yang tadinya kedinginan langsung berbahagia karena hangatnya sinar matahari mulai terasa. Ditemani dengan kabut yang turun dari bukit-bukit di sekitaran.
Ternyata seluas itu perkemahannya, saat gelap, boro-boro terlihat luas. Hanya mengandalkan jalan setapak yang terlihat karena sering dilewati oleh banyak orang.
Semakin banyak orang juga yang bermunculan, kebanyakan orang-orang yang kemping menginap dari malam sebelumnya yang bangun karena silaunya matahari pagi.
Di sisi sebelah timur masih ada bagian yang cukup rimbun oleh rerumputan, ditambah kabut tebal dan sinar matahari yang menyusup dari rimbunnya pohon pinus bikin hasil foto serasa bukan di Bandung, lho!
Penangkaran Rusa
Kalau tadi masih gelap jadi gak ngeh dimana tempat penangkaran rusanya, sehabis puas di dalam kawasan perkemahan, di sebelah areal parkir akan terlihat kawasan yang dipagar dengan rusa-rusa di dalamnya.
Pintu masuknya persis di seberang parkir motor kok, jadi sebelum pulang bisa mampir dulu. Kalau mau sekalian kasih makan rusanya, persis di pos masuk akan ada ember-ember kecil berisi sayuran yang dijual Rp. 10.000 per embernya. Isinya adalah wortel segar yang mungkin saja baru dipanen di wilayah Ciwidey.
Tidak langsung masuk begitu saja sampai bertemu rusanya, kita akan menyusuri lorong jembatan yang terbuat dari kayu. Serasa di New Zealand kalau kata orang yang lihat foto saya.
Barulah di ujung jembatan, para rusa akan menyambut kalian. Tapi, sebenarnya bukan kaliannya, mereka mau wortel yang kalian bawa.
Berhati-hatilah juga kalau rusanya sedang agresif, kalian bisa saja terkena tanduknya yang keren lho itu. Jangan khawatir juga, ada petugas yang mengawasi, yang penting kalian tetap waspada saja.
Tidak ada larangan untuk turun ke bawah dan berinteraksi dengan rusanya langsung. Setahu saya, hindari pemakaian flash saat berfoto, mungkin bakal bikin takut rusa kali ya sama cahaya kilat seperti itu.
Kalau memang masih betah buat main sama rusa dan mau beli lagi pakannya, kalian masih harus balik ke pos awal untuk beli lagi. Nah, ada baiknya dikira-kira aja ya, berapa lama kalian mau main sama rusanya.
Jadi pengen datang ke Ranca Upas lagi, tapi beneran kemping, datang dari sore sebelumnya dan menginap dengan tenda, lalu bangun pagi dengan pemandangan yang se-spektakuler ini. Seru banget sih!
Syukurlah akhirnya kesampaian juga ke Ranca Upas yang dari sejak lama cuma bisa berwacana saja. Emang kalo gak diniatin ya gak jadi-jadi mulu. Tinggal nanti mau ngajak teman buat rencana kemping ceria biar gak tinggal janji. Uhuk!
Habis ini, masih lanjut lagi buat naik sebelum kesiangan ke tempat selanjutnya. Tebak kemana? Kuy, der!
Apa yang menarik untuk dikunjungi selama di Bandung? Silakan baca
Bandung: Ciptaan saat Tuhan tersenyum
_________________________
Kampung Cai Ranca Upas Ciwidey
Jl. Raya Ciwidey – Patengan No.KM. 11, Patengan, Kec. Rancabali, Bandung, Jawa Barat 40973
0812 2345 6911
24 jam
_________________________
KUY, DER!
Tukang Ngider
Ngider terus, terus ngider
Follow the journey on:
Instagram : @tukangngider
VLOG on Youtube : tukangngider
Facebook Page : Tukang Ngider
Gemes amat rusanyaaa! Haha. Kayaknya emang nginep dari satu hari sebelumnya, deh. Biar gak terburu-buru juga kalo mau nikmatin sunrise di sana. Waktu itu pernah mau ikutan open trip ke Ranca Upas tapi berangkatnya super pagi. Gak kuat banguunn. Hahaha
Iya lucu banget rusanya tuuuh… Emang better camping di sana aja biar pagi-pagi buka tenda udah langsung sunrise. Gak mesti repot pagi-pagi melawan kantuk eak