Sedari kecil, saya sudah berpikir, Indonesia ini kan luas. Bukan cuma daratan saja, tapi ada lautan juga. Kalau di daratan ada Polisi dan/atau Tentara. Gimana di lautan ya? Memangnya ada juga yang menjaga laut yang sebegitu luasnya? Akhirnya terjawab sudah.
______________________________
Sejak lama juga saya sudah tahu kalau ada personel di masing-masing Lembaga, seperti TNI dengan Angkatan Laut, Kepolisian dengan POLAIR-nya. Keduanya di bidang militer, ternyata kalau secara sipil ada yang namanya KPLP.
Apa itu KPLP?
Sebuah singkatan dari Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai atau lebih dikenal dengan Indonesian Sea and Coast Guard. Secara kelembagaan KPLP adalah sebuah Direktorat dibawah Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dibawah Kementerian Perhubungan.
KPLP mempunyai tugas untuk melakukan penjagaan laut dan pantai, mengamankan lalu lintas pelayaran di area lautan Indonesia. Lebih lengkapnya lagi, KPLP sesuai dengan Undang Undang Pelayaran nomor 17 Tahun 2008 adalah
- Melakukan pengawasan keselamatan dan keamanan pelayaran
- Melakukan pengawasan, pencegahan, dan penanggulangan pencemaran di laut.
- Pengawasan dan penertiban kegiatan serta lalu lintas kapal.
- Pengawasan dan penertiban kegiatan salvage, pekerjaan bawah air, serta eksplorasi dan eksploitasi kekayaan laut.
- Pengamanan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran
- Mendukung pelaksanaan kegiatan pencarian dan pertolongan jiwa di laut.
Ada 5 (lima) Pangkalan Penjagaan Laut dan Pantai (PLP) yang tersebar di Indonesia, lho: Tanjung Priok, Tanjung Uban, Tanjung Perak, Bitung, dan Tual Ambon. Kelima pangkalan ini menjadi rumah bagi 39 kapal patroli khusus dalam melaksanakan penegakan hukum di laut Indonesia.
Ke Tanjung Priok!
Tepat pada perayaan puncak Peringatan Hari Ulang Tahun Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai ke-47 dan Pangkalan Penjagaan Laut dan Pantai ke-32, 25 Februari 2020 lalu. Saya berkesempatan untuk mengunjungi secara langsung Pangkalan Tanjung Priok Bersama Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.
Sedari pagi, berkumpul di Kantor Kementerian Perhubungan dan melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Tanjung Priok. Perjalanan memakan waktu selama 30 menit untuk sampai di Terminal 1 Pelabuhan Tanjung Priok yang juga menjadi Pangkalan Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai.
Tepat pukul 08.00 pagi, dilaksanakan upacara peringatan Hari Ulang Tahun KPLP dan PLP, dengan Dirjen Perhubungan Laut, R. Agus H. Purnomo, sebagai Inspektur Upacara. Bersama dengan peserta dari jajaran seluruh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.
Tidak lama setelah upacara selesai, grup Drum Band dari Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran, Gita Bahana Bahari, membawakan berbagai macam lagu yang tidak asing terdengar di telinga. Ya, udah tahulah ya, kalau dikasih lagu dikit saya bakal joget macam ondel-ondel.
Gak kalah dengan penampilan STIP, masing-masing instansi di Direktorat Jenderal Perhubungan Laut juga menampilkan berbagai macam yel-yel dan atraksi. Baris berbaris, atraksi seni bela diri. Seru!
Keriaan perayaan Ulang Tahun KPLP dan PLP ditutup dengan joget Manuk Dadali dan Maumere. Kan, kan, kan, memang bapak/ibu ini tahu aja kalo saya doyan joget, ya ikutanlah saya ini.
Berlayar dan patroli di Laut Jawa
Upacara selesai, belum berarti kegiatan selesai. Saya bersama teman-teman Transmate lainnya, melanjutkan agenda berikutnya untuk sama-sama berpatroli Laut Jawa dengan menggunakan KN. Trisula. Hooray!
Kalau belum tahu KN itu apa, KN berarti Kapal Negara. Nah, ada juga KM atau Kapal Motor, dan KP atau Kapal Penumpang. Cung! Siapa yang udah pernah naik KM atau KP? Sayangnya, saya belum pernah, tapi jadinya pengen deh traveling naik Kapal dulu. Udah ada wacana nih, lets go gak ya?
Sebelumnya saya sudah pernah berlayar menggunakan kapal pinisi waktu menuju Kepulauan Seribiu. Walau pada akhirnya saya mabok laut, karena memang laju kapalnya lebih lambat dibanding KN. Trisula. Kalau yang sekarang? Puji Tuhan! Kagak mabok!
Atau mungkin gak mabok karena kesenengan buat kelilingin kapal. Mulai dari Ruang Kemudi, dengan berbagai macam tombol dan alat-alat yang gak saya mengerti sama sekali. Ya iyalah jelas dong. Biasanya cuma megang smartphone doang.
Gak jauh dari stir nahkoda, ada peta yang saya lihat hanya sekitaran Selat Sunda dan sebagian Laut Jawa saja. Gak pake lama, saya lihat dan langsung salah satu bapak yang bertugas menjelaskan peta itu sebagai alat navigasi secara manual untuk mengetahui titik atau lokasi kemana kapal harus diarahkan.
Walau sudah ada GPS, ya tetap, cara manual ini harus terus dimengerti, kalau-kalau nanti GPS tidak berfungsi, para awak kapal tidak kebingungan harus menuju kemana kapal berlayar.
Puas bermain di Ruang Kemudi, saya keluar menuju anjungan kapal. Angin cukup kencang berhembus, tapi masih aman untuk lalu Lalang di pinggir dan anjungan kapal. Tidak lupa memakai life vest sebagai aturan penting pertama terhadap keselamatan.
Ada berbagai bendera yang tersusun rapi terlihat dari luar di atas ruang kemudi kapal sampai di anjungan kapal. Awalnya saya kira adalah bendera negara-negara di dunia. Ternyata, bukan saudara saudara. Masing-masing bendera ada maksudnya dan artiannya.
Selama lebih dari 2 jam, berpatroli di area Kepulauan Seribu, juga ketika sudah puas keliling kapal melihat KPLP bekerja di atas kapal, sudah saatnya kami kembali ke Pangkalan dan pulang ke rumah masing-masing.
Terima kasih untuk Bapak dan Ibu KPLP, juga Kementerian Perhubungan yang sudah mengajak saya dan teman-teman Transmate, bisa punya pengalaman baru. Semoga kami ini juga bisa seperti Bapak Ibu KPLP yang punya semboyan โDharma Jala Praja Tamaโ yang berarti sebagai insan bahari selalu berusaha menjalankan pengabdian yang terbaik untuk bangsa dan negara. Hidup Indonesia Raya!
Jalan-jalan di Jakarta? Baca Explore Jakarta
_________________________
KUY, DER!
Tukang Ngider
Ngider terus, terus ngider
VLOG on Youtube : tukangngider
Instagram : @tukangngider
Facebook Page : Tukang Ngider
Wahh penasaran banget sih ngelihat drumband, yel-yel, sama atraksi lainnya. Biasanya pada seru dan heboh sendiri. Hahaha ๐