Kota Cirebon jadi satu-satunya kota diluar kawasan Bandung Raya yang dulu sering sekali dikunjungi terkait penyelenggaraan sebuah acara. Entah berapa kali bolak-balik dengan tujuan survei, bukan pelesir ke tempat wisata di Cirebon. Ada sih, tapi terhitung jari itupun lagi-lagi karena survei.
Sebelum ke Cirebon, saya ngider di kota kelahiran
Bandung: Ciptaan saat Tuhan Tersenyum
Giliran kali ini dalam perjalanan #AmazingJourney yang membawa saya untuk mengunjungi tempat wisata di Cirebon, dimana Kota Cirebon punya 4 keraton yang ketiganya saya kunjungi.
Tidak terlepas dari Kesultanan Cirebon yang berdiri di abad 15 dan 16 Masehi, sebuah Kerajaan Islam yang didirikan oleh putra Mahkota Kerajaan Galuh Pajajaran yang memeluk agama Islam di saat mayoritas agama Kerajaan Galuh Pajajaran memeluk agama leluhur orang Sunda, Sunda Wiwitan, Hindu, dan Buddha.
Cirebon dulunya hanyalah sebuah dukuh atau desa kecil yang lama kelamaan berkembang oleh berbagai pendatang dari berbagai wilayah bernama Caruban, yang dalam bahasa Sunda berarti campuran.
Semakin lama pelafalan Caruban berubah menjadi Carbon, dan kemudian Cerbon. Salah satu alasan mengapa akhirnya kota ini disebut menjadi Cirebon, karena sebagian besar mata pencaharian masyarakatnya adalah menjadi nelayan yang menangkap ikan dan rebon (udang kecil) yang berada di sepanjang pantai.
Rebon diolah oleh masyarakat sekitar menjadi terasi dan petis. Dalam pengolahannya terdapat air bekas pembuatan terasi maupun petis yang masyarakat menyebutnya dengan cai rebon (air rebon). Dari sinilah salah satu faktor penyebutan Cirebon berasal.
Menuju Kota Cirebon
Kalau kemarin perpindahan antar kota di Pulau Sumatera dengan menaiki pesawat terbang. Selama di Pulau Jawa, kami akan berpindah menggunakan kereta api.
Memang untuk menuju Kota Cirebon dari Bandung, selain menggunakan kendaraan darat, transportasi utama yang diandalkan adalah kereta api. Perjalanan dari Bandung menuju Kota Cirebon memakan waktu kurang lebih 3 jam.
Tidak perlulah saya membahas bagaimana menuju pusat kota, karena semua stasiun berada di dekat pusat kota, tidak seperti bandara yang pasti berada jauh dari kota.
Mengunjungi tempat wisata di Cirebon
Dengan pengaruh Kesultanan Cirebon, sampai saat ini masih terdapat peninggalan-peninggalan yang terlihat melalui bangunan, bahkan silsilah keluarga Kesultanan masih eksis walau masing-masing pemerintahannya sendiri sudah lama dibubarkan untuk mengikuti pemerintahan Republik Indonesia.
Sepanjang edisi berkunjung ke Kota Cirebon ini, saya mengunjungi peninggalan Kesultanan Cirebon yang terbagi menjadi 3 wilayah Kesultanan lainnya, sampai saat ini masih digunakan, kemana saja saya pergi?
Keraton Kasepuhan Cirebon
Disinilah pusat pemerintahan Kesultanan Cirebon berada. Didirikan tahun 1430 oleh Pangeran Cakrabuana. Saat tahun 1679, Kesultanan Cirebon terpecah menjadi 2 kesultanan baru dan 1 panembahan untuk menghindari perpecahan keluarga Kesultanan Cirebon saat itu.
Salah satunya adalah Kesultanan Kasepuhan dengan memiliki pusat pemerintahan di Keraton Kasepuhan yang juga secara turun temurun masih terdapat silsilah Kesultanan yang bergelar Sultan Sepuh.
Keraton Kasepuhan adalah keraton terluas dan tertua yang ada di Cirebon, luasnya mencapai 25 hektar yang di dalamnya terdapat banyak bangunan dan benda-benda bersejarah.
Harga tiket masuk untuk ke dalam Keraton Kasepuhan ini Rp. 15.000, ada lagi sebesar Rp. 25.000 untuk masuk ke dalam Museum Pusaka yang berada di tengah Keraton Kasepuhan, dan Rp. 10.000 memasuki kawasan sumur keramat di sisi lainnya Keraton Kasepuhan.
_________________________
Keraton Kasepuhan Cirebon
Jalan Kasepuhan No.43, Kesepuhan, Kec. Lemahwungkuk, Kota Cirebon
Jawa Barat 45114
08.00-18.00
_________________________
Masjid Agung Sang Cipta Rasa
Sebuah masjid yang dibangun yang menjadi sejarah bagi perkembangan Islam di Cirebon, didirikan oleh Sunan Gunung Jati di tahun 1408. Masjid ini memiliki campuran gaya arsitektur antara Jawa dan Hindu Majapahit yang terlihat dari gapura pada halamam masjid dan serambi, juga atap seperti rumah Joglo.
Dikenal juga dengan nama Masjid Agung Kasepuhan, memang masjid ini masih satu komplek dengan kawasan Keraton Kasepuhan namun tidak berada di dalam keraton. Menjadi masjid tertua di Kota Cirebon.
Ada tradisi yang masih dijalankan sampai sekarang pada setiap salat Jumat, Azan Pitu namanya. Azan yang dilakukan oleh tujuh orang muazin secara bersamaan dengan menggunakan pakaian serba putih.
Azan Pitu ini dilatarbelakangi saat terjadi wabah penyakit mematikan di Cirebon dan yang menjadi korbannya adalah salah satu istri Sunan Gunung Jati, Nyi Mas Pakungwati. Dimana penyakit itu hilang ketika azan ini dikumandangkan setelah Sunan Gunung Jati mendapatkan sebuah petunjuk.
_________________________
Masjid Agung Sang Cipta Rasa
Jalan Kasepuhan Komplek, Kesepuhan, Kec. Lemahwungkuk, Kota Cirebon,
Jawa Barat 45114
24 jam
_________________________
Keraton Kanoman Cirebon
Satu Kesultanan baru dari pecahan Kesultanan Cirebon adalah Kesultanan Kanoman yang dikepalai oleh Sultan Anom yang juga silsilah keluarganya masih ada hingga saat ini. Dengan Keraton Kanoman sebagai pusat pemerintahannya.
Jika Keraton Kasepuhan identik dengan bangunan berbata merah, Keraton Kanoman didominasi dengan bangunan berwarna putih. Uniknya tidak jauh dari Keraton Kanoman, terdapat Pasar Kanoman, pasar yang paling ramai yang juga menjadi pecinan di Cirebon.
Dengan tiket masuk seharga Rp. 10.000, kita dapat memasuki kawasan Keraton Kanoman yang di dalamnya terdapat barang pusaka peninggalan. Dengan luas 6 hektar, ada beberapa bangunan yang terdapat di luar kawasan seperti bangsal-bangsal dan paseban.
_________________________
Keraton Kanoman Cirebon
Jalan Kanoman No.40, Lemahwungkuk, Kec. Lemahwungkuk, Kota Cirebon,
Jawa Barat 45111
09.00 – 17.00
_________________________
Keraton Kacirebonan Cirebon
Keraton ini tadinya masih merupakan bagian dari Kesultanan Kanoman yang kemudian menjadi sebuah Kesultanan baru bernama Kesultanan Kacirebonan.
Saat itu didirikan karena pergolakan di masyarakat akibat Sultan Kanoman V mendukung kolonialisme, sedangkan Sultan Kanoman IV yang waktu itu diasingkan oleh Belanda karena kalah perang.
2,5 hektar luasnya, Keraton Kacirebonan memiliki bangunan khas dengan unsur warna hijau dan memiliki 8 pilar sebagai pilar utama penopang bangunan.
Di dalam keraton, sama seperti kedua keraton lainnya, terdapat berbagai macam benda-benda peninggalan yang berkaitan dengan keraton dan juga saat penyebaran agama Islam. Ada juga gamelan di teras keraton yang menjadi koleksi kuno Keraton Kacirebonan.
_________________________
Keraton Kacirebonan Cirebon
Jalan Pulasaren, Pulasaren, Kec. Pekalipan, Kota Cirebon, Jawa Barat 45116
08.00 – 17.00
_________________________
Inilah keunikan Kota Cirebon dengan sejarah satu Kesultanan Cirebon yang terpecah menjadi 3 kesultanan lainnya dengan empat keraton dalam satu kota. Siapa yang baru tahu setelah membaca artikel ini? Semoga bermanfaat! Kuy, der!
Lagi di Cirebon, terus bingung mau makan apa? Baca aja
32 Rekomendasi Kuliner Cirebon yang Wajib Dicoba!
______________________________
KUY, DER!
Tukang Ngider
Ngider terus, terus ngider
Follow the journey on:
Instagram : @tukangngider
VLOG on Youtube : tukangngider
Facebook Page : Tukang Ngider
1 thought on “Cirebon: Dari Satu Jadi Tiga Kesultanan”