Ikut perayaan Waisak di Candi Borobudur jadi salah satu wishlist dalam hidup saya sejak lama. Saya ingat banget, semua berawal dari liputan sebuah televisi dalam prosesi pelepasan lampion. Pada akhirnya di tahun 2018 ini, satu dari sekian mimpi saya ini bisa terkabul dan juga sekaligus dimulainya perjalanan saya dalam edisi #NgiderDiMagelang
_________________________
WAISAK 2018 di Candi Borobudur
Tahun 2018 rasanya jadi tahun yang sungguh banyak membuat kejutan bagi saya. Tidak direncanakan kalau tahun ini bakal mengikuti salah satu perayaan terbesar penganut agama Buddha yang setiap tahunnya diselenggarakan.
Cuma dari keisengan melihat tanggal merah di kalender, disinilah bermula wacana untuk mengikuti prosesi perayaan Waisak Nasional. Dan langsunglah saya teringat kalau di puncak perayaan Waisak biasanya akan ditutup dengan penerbangan seribu lampion yang bikin semua mata kagum melihatnya.
Modal nekat, googling dan membaca kesana kemari, dan tanya orang-orang yang sudah pernah mengikuti acara Waisak di Candi Borobudur, salah satunya Miss Nidy (Terimakasih ya!). Akhirnya saya membulatkan tekad untuk bisa menceklis wishlist saya yang satu ini.
Dengan artikel ini, saya akan bercerita bagaimana caranya untuk mengikuti perayaan Waisak hingga penerbangan lampion di Candi Borobudur pada puncak perayaan Waisak Nasional 2018 yang saya ikuti.
MENUJU YOGYAKARTA-MAGELANG
Ada beberapa pilihan untuk bisa menuju Yogyakarta. Mau naik pesawat terbang yang hemat waktu atau yang murah meriah tapi sedikit memakan waktu, bisa naik kereta api seperti saya.
Pilihan saya jatuh pada kereta api Progo. Kereta api dengan harga tiket paling murah, tentunya dengan kelas ekonomi. Perjalanan dimulai dari Stasiun Pasar Senen di malam hari, pukul 22:20. Dan sampai di Stasiun Lempuyangan di pagi keesokan harinya, pukul 06:38.
Karena saya belum punya tiket untuk mengikuti acara pelepasan lampion di malam hari dan juga setelah dapat masukan dan membaca referensi dari blogger lainnya. Kalau bisa dan supaya lebih aman, kita harus menuju Candi Mendut sebagai pusat Informasi dan pembelian tiket tersebut.
Bahkan, saya baca di salah satu tulisan, kalau animo pengunjung membludak, sebelum tengah hari tiket sudah habis. Maka dari itu, gak ada waktu bersantai di Lempuyangan, saya langsung berganti moda transportasi menuju Terminal Bus Jombor untuk bisa segera meluncur ke Candi Mendut.
Dari bus yang menunggu penumpang, saya memutuskan memilih bus dengan trayek menuju Magelang. Hanya membayar IDR 10.000, saya meminta turun di daerah yang paling dekat dengan Candi Mendut.
JALAN DITUTUP!
Sudah turun dari bus, jalan menuju Candi Mendut sudah ditutup sejak pagi, karena ada prosesi jalan menuju Candi Mendut. Untungnya, ada 1 bus menuju Terminal Borobudur yang ngeh saya sedang kebingungan.
Dengan jarak tempuh yang semestinya hanya 10 menit, karena jalanan ditutup dan harus memutar, untuk sampai Terminal Borobudur nyaris memakan waktu 30 menit. Untungnya sampai dan berlanjut lagi berganti moda transportasi ke ojek online.
Syukur kepada Allah, banyak rezeki yang didatangkan, kalau kata driver ojek online saya. Selama perjalanan hingga Candi Mendut, banyak sekali jalanan yang ditutup dan direkayasa oleh Kepolisian setempat. Semua demi berlangsungnya Perayaan Waisak yang aman dan damai.
Dari blok terakhir jalan menuju Candi Mendut, kira-kira 300 meter sudah ditutup. Dan mau gak mau pengunjung ataupun peserta wajib berjalan untuk bisa sampai ke Candi Mendut. Saya masih bawa tas bagasi saya loh. Kebayang gak rempongnya?
CANDI MENDUT
Prosesi awal Waisak 2018 sudah dimulai mulai pukul 06.00 atau bahkan sebelum itu. Candi Mendut jadi tempat berkumpulnya peserta berdoa dan menyanyikan lagu-lagu yang khas.
Hasil bertanya pada salah satu polisi yang bertugas, saya masuk kedalam setelah pemeriksaan metal detector, lalu di sisi kanan setelah pemeriksaan itu terdapat tenda pendaftaran dan berkumpulnya panitia.
Satu tiket untuk pelepasan lampion seharga IDR 100.000 per orang. Tidak hanya tiket, setiap orang akan mendapatkan ID Card Peserta dan Stiker untuk menuliskan harapan kita yang akan diterbangkan bersama Lampion nanti.
Karena pintu masuk berbeda dengan pintu keluar, mau tidak mau, saya harus melewati peserta yang sedang mengikuti acara perayaan dan juga saya memutari Candi Mendut sebelum keluar.
Setelah itu, saya memutuskan untuk meninggalkan Candi Mendut terlebih dahulu, menyimpan bawaan supaya gak ribet dan beristirahat, mengisi kembali tenaga.
Dimana saya menginap saat di Magelang? Jawabannya Atria Hotel Magelang.
CANDI BOROBUDUR
Sudah sejak pukul 18.00, saya sudah bersiap untuk menuju Candi Borobudur. Tahun ini detik-detik Waisak pada pukul 21:19:13. Tetapi, menurut panitia yang bertugas, pelepasan lampion dimulai pada pukul 22.30.
Pukul 19.00 saya sudah sampai di Candi Borobudur, bagi yang membawa kendaraan, area parkir dalam Candi Borobudur ditutup untuk umum. Jadi, saya memarkirkan motor pada sebuah rumah yang halaman rumahnya dibuka untuk parkir umum.
Terimakasih untuk ID Card Peserta yang saya dapatkan saat pembelian tiket. Saya bisa melenggang bebas masuk ke Candi Borobudur, dimana banyak orang yang berharap bisa masuk dan membeli tiket secara on the spot.
Pintu yang digunakan untuk pengujung masuk adalah melalui Pintu Hotel Manohara Borobudur. Berjalan sekitar 15 menit ditemani jalanan yang minim pencahayaan menuju pusat keramaian.
Pelataran Candi Borobudur mulai dari tangga menuju altar terluar sudah ditutup karena difokuskan untuk para biksu. Puncak ritual Waisak dimulai pada Vitara Githa.
Sisanya, untuk kami para peserta, kami semua berkumpul di area taman sebelum naik ke atas Candi. Disinilah juga persiapan pelepasan Lampion akan dimulai.
Dengan latar belakang Stupa terbesar Candi Borobudur di malam hari, kami semua duduk dialasi dengan plastic yang sudah disiapkan dan ada sebuah lilin yang belum dinyalakan. Para volunteer membantu kami mengatur tempat duduk.
Saya mendapat tempat di tengah lapangan, sekitar 30 menit kemudian, pukul 21.00 acara dimulai. Saya pikir detik-detik Waisak itu adalah waktu selebrasinya. Tetapi, ternyata waktui itulah dimulainya prosesi.
Bukan dengan selebrasi yang meriah, kami semua diajak untuk melakukan meditasi, dalam keheningan mengosongkan pikiran, saya merasakan kedamaian di tengah malam hari yang disinari bulan purnama.
Sebelum itu, berkumpul biksu-biksu dari berbagai aliran Buddha di atas panggung bersama-sama melakukan doa. Lalu penampilan nyanyian dan ditutup dengan pelepasan lampion sebagai awal dimulainya penerbangan lampion oleh peserta.
Untuk menerbangkan lampion, saya harus membuat kelompok bersama peserta lain yang berdekatan. Saya bersama 3 orang lainnya yang berdekatan mendapat masing-masing 1 lampion yang ukurannya cukup besar.
Dengan ribuan lampion yang dipersiapkan, prosesi penerbangan lampion dibagi menjadi 3 kali. Dan setelah diberi panduan, menuliskan harapan kami masing-masing. Kami semua menikmati pemandangan lampion yang diterbangkan menerangi langit malam.
Jujur saja, ini jadi salah satu pengalaman terbaik yang pernah saya alami. Magisnya lampion-lampion terbang dengan cahaya temaram. Suasananya syahdu dan gak sadar bikin air mata menetes saking indahnya.
_________________________
KESIMPULAN, TIPS, DAN TRIK MENGIKUTI PELEPASAN LAMPION DI CANDI BOROBUDUR
(Disadur dari artikel Waisaknya Miss Nidy)
-
Hari Raya Waisak setiap tahunnya tidak sama tanggalnya, maka dari itu pelaksanaannya juga akan berbeda tanggal setiap tahunnya.
-
Untuk informasi yang lengkap, cek berkala Website Walubi. Mulai dari informasi hingga rundown akan tersedia disana.
-
Untuk registrasi dan pembelian tiket, semua dilakukan di Candi Mendut mulai pagi hari. Lebih baik datang sebelum pukul 10.00 untuk menghindari kemungkinan habis terjual.
-
Harga tiket Lampion Waisak adalah IDR 100.000. Harga sewaktu-waktu berubah tanpa pemberitahuan.
-
Jika ingin mengikuti prosesi Waisak dari awal, datanglah 2 hari sebelum Waisak. Lalu, ikuti rundown untuk prosesi ritual Waisak yang biasanya dimulai sehari sebelumnya.
-
Acara pelepasan Lampion dilaksanakan pada malam hari atau dini hari. Sekali lagi, mungkin saja berbeda karena tanggal pelaksanaan dan detik-detik Waisak berbeda setiap tahunnya. Tahun ini acara pelepasan lampion dilaksanakan pada pukul 21.00.
-
Terdapat gerbang khusus yang dibuka khusus untuk peserta Waisak selama di Candi Borobudur. Pastikan memakai ID Card Peserta sehingga tidak dipersulit oleh petugas karena keamanan yang berlapis.
-
Tahun lalu dan tahun ini gerbang masuk untuk peserta melalui Pintu Manohara Hotel. Jika bingung, lebih baik bertanya kepada personel polisi atau panitia yang bertugas di sekitar Candi Borobudur.
-
Disarankan tidak membawa tas yang besar. Menghindari kecurigaan petugas keamanan, juga mempermudah mobilisasi dibanding kesusahan membawa tas yang besar.
-
Walaupun acara dimulai pukul 21.00, saya sudah bersiap datang sejak pukul 18.00. Selain kita prepare apabila ada perubahan jadwal, jalan-jalan di Candi Borobudur malam hari itu keren banget!
-
Pakailah pakaian yang sopan. Kalian akan menghadiri Perayaan Besar sebuah Agama. Baiknya memakai pakaian berwarna putih agar seragam dengan peserta Waisak.
-
Persiapkan paying kecil atau jas hujan. Berjaga-jaga apabila cuaca tetiba berubah dan hujan melanda.
-
Makan sebelum mengikuti acara ya. Bawa juga perbekalan, seperti air minum dan roti. Walau banyak penjual makanan yang bersliweran, bisa saja tahun-tahun berikutnya tidak akan ada penjual lagi yang berjualan.
-
Kalian penyuka fotografi? Jangan lupa buat bawa kamera atau minimal smartphone. Dijamin gak akan menyesal kalau kalian mengabadikan setiap momen yang ada. Better bawa kamera dengan lensa normal bukan wide. Jika kalian duduk di tengah, daripada mengganggu orang lain dan bolak-balik, lebih baik ikut menonton dari kalangan pers ya.
-
Peserta dan kalangan pers berbeda tempat duduknya. Buat yang akan membawa tripod, biasanya dialihkan pindah ke bagian pers supaya tidak mengganggu.
-
Bawa juga jaket atau sweater, menghindari dinginnya angin malam.
-
Patuhi seluruh himbauan yang diberitahukan oleh panitia. Sekali lagi, ingat. Kalian mengikuti sebuah Perayaan besar sebuah Agama.
-
Jaga perilaku dan omongan. Sama halnya ketika seseorang beribadah, hormati mereka.
-
Setiap orang akan mendapatkan lampion. Maka dari itu, jangan takut tidak kebagian ya.
-
Pesan penting yang gak akan bosan disampaikan: JANGAN MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN! Kalau bisa kita bantu membersihkan sampah yang berserakan.
Cukup 20 saja, takutnya keder kebanyakan bacanya. Semoga bermanfaat. Jika perlu ditambah, komentar saja ya. Nanti dibantu ditambahkan.
_________________________
Dan sekali lagi pelajaran penting dari pengalaman saya ini adalah Indahnya toleransi diantara kita. Umat Buddha dengan terbuka memperbolehkan peserta lintas agama untuk bersama merayakan Perayaan Waisak secara universal.
Tanpa merasa diganggu bagi umat Buddha dan bagi seluruh peserta tidak merasa berpindah keyakinannya menjadi umat Buddha melepas lampion bersama-sama dan mengucapkan Selamat Hari Raya Waisak ke seluruh dunia.
Ah! Saya mengetik ini saja sampai merinding sendiri. Buat siapapun yang belum pernah dan belum kesampaian. Yuk, ikut di tahun depan! Kuy, der!
_________________________
WAISAK 2018 #NgiderDiMagelang | VLOG 40
_________________________
KUY, DER!
Tukang Ngider
Ngider terus, terus ngider.
VLOG on YouTube : Tukang Ngider
Instagram: @tukangngider
Facebook Page : Tukang Ngider
2 thoughts on “Waisak 2018 di Candi Borobudur”